Bank Indonesia (BI) mencatat arus modal asing keluar (capital outflow) Rp18,27 triliun dari pasar keuangan domestik. Data capital outflow tersebut berlangsung selama pekan keempat Februari 2021, yakni Senin (22/2) sampai Jumat (25/2).
"Non residen (investor asing) di pasar keuangan domestik jual neto Rp18,27 triliun," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, dikutip Senin (1/3).
Capital outflow tersebut akibat selisih dari jual bersih (neto) di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp19,50 triliun, sedangkan beli neto di pasar saham hanya sebesar Rp1,23 triliun. Namun, sejak awal tahun (ytd), asing masih tercatat beli bersih sebesar Rp14,68 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan catatan arus modal tersebut, BI menuturkan premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia lima tahun naik dari 66,48 basis poin (bps) per Jumat (19/2) menjadi 70,55 bps per Jumat (25/2).
Sementara itu, bank sentral mencatat rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.090 per dolar AS pada Jumat (26/2) lalu. Sedangkan, imbal hasil SBN tenor 10 tahun naik ke level 6,71 persen.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, pagi ini rupiah berada di level Rp14.260 per dolar AS atau melemah 0,18 persen. Depresiasi rupiah terjadi karena tekanan kenaikan yield SBN tenor 10 tahun AS (US treasury).
Erwin mengatakan BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," ucapnya.