Mendag Lapor ke Jokowi Perdagangan RI Melemah
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengakui kinerja perdagangan Indonesia sepanjang 2020 masih lemah karena pandemi covid-19. Kondisi ini tercermin dari penurunan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran.
Informasi tersebut disampaikan oleh Lutfi secara langsung di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat Pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3).
"Secara umum, kami melaporkan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran mengalami pelemahan, termasuk perdagangan kendaraan motor yang menjadi salah satu indikator transaksi perdagangan mengalami koreksi 3,72 persen," ujarnya.
Lihat juga:Jokowi: Gaungkan Benci Produk Luar Negeri |
Informasi yang disampaikan Lutfi itu sejalan dengan data Bank Indonesia (BI) yang mencatat kinerja penjualan eceran mengalami kontraksi pada Desember 2020. Tercatat pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2020 minus 19,2 persen secara tahunan (yoy), atau lebih dalam dari November 2020 yakni minus 16,3 persen (yoy).
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum nasional berhasil naik 0,54 persen pada Desember 2020 lalu. Namun, BPS mencatat IHPB beberapa kali mengalami kontraksi sepanjang 2020.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengakui apabila surplus neraca perdagangan sepanjang 2020 lebih disebabkan oleh penurunan kinerja impor. Tercatat, neraca perdagangan Indonesia surplus US$21,74 miliar sepanjang 2020.
Surplus terjadi karena nilai ekspor mencapai US$163,31 miliar atau turun 2,61 persen dari US$167,68 miliar pada 2019. Sementara impor mencapai US$141,57 miliar atau turun lebih dalam 17,34 persen dari US$171,28 miliar pada periode yang sama.
"Ketika pandemi covid-19 melanda seluruh dunia di 2020 Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang sebesar US$21,7 miliar, meskipun surplus tersebut lebih dikarenakan nilai impor Indonesia yang turun lebih besar daripada ekspor," terang Lutfi.
Namun, kata Lutfi, di tengah lesunya kinerja perdagangan tersebut terdapat sebuah catatan positif. Salah satunya, mayoritas atau setara 81,2 persen dari total ekspor Indonesia pada 2020 lalu dalam bentuk industri primer dan produk manufaktur.
Angka itu menunjukkan bahwa produk ekspor Indonesia sudah memiliki nilai tambah, bukan lagi barang mentah. "Ini menunjukkan transformasi nyata bahwa Indonesia telah menjadi kekuatan industri dan tidak lagi hanya ekspor barang mentah dan setengah jadi," ucapnya.
Selain itu, capaian ekspor Indonesia ke sejumlah kawasan tradisional dan non tradisional menunjukkan pertumbuhan. Meliputi, ekspor ke Eropa Barat naik 17,07 persen (yoy), Amerika Utara naik 3,51 persen, Asia Timur naik 4,01 persen, Eropa Timur naik 9,99 persen, dan Afrika Timur naik 8,09 persen.
3 Strategi Perdagangan
Menyikapi dinamika perdagangan tahun lalu, Mendag mengatakan pihaknya akan fokus pada tiga hal guna mendorong kinerja perdagangan tahun ini, sesuai dengan arahan kepala negara. Pertama, menjaga pasokan dan stabilitas harga kebutuhan pokok dan penguatan pasar dalam negeri.
Untuk arahan tersebut, ia mengatakan Kemendag akan memastikan ketersediaan stok pangan dan stabilitas harga komoditas pokok tetap terjaga.
"Terutama, memasuki bulan suci Ramadan dan Idul Fitri 2021 dan menjaga stabilitas inflasi perdagangan," jelasnya.
Kedua, peningkatan ekspor non migas dan pembukaan akses pasar non tradisional. Hal ini dilakukan dengan mempercepat penyelesaian perundingan perdagangan dengan negara mitra baru.
Selain itu, Kemendag akan mengoptimalkan pemanfaatan keringanan tarif bea masuk, kemudahan, dan fasilitas akses pasar yang telah disepakati lewat perjanjian perdagangan dengan negara mitra baik.
Ketiga, Kemendag akan memperkuat para UMKM untuk bisa bersaing di pasar ekspor.
Upaya ini dilakukan melalui pemberian fasilitas pelatihan pasar ekspor, pelatihan sertifikasi mutu produk, pelatihan pengemasan produk, hingga kesempatan bagi UMKM untuk mengikuti promosi ekspor di tingkat internasional.
"Selain itu Kemendag juga akan mengembangkan berbagai program lainnya dengan mendukung UMKM lebih berdaya saing dengan kolaborasi secara sinergis dengan K/L, BUMN, pemerintah daerah, Kadin, dan swasta," tandasnya.
(ulf/bir)