PMI Manufaktur RI Naik ke 53,2, Tertinggi Dari Rekor 2014
Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur RI menunjukkan perbaikan dalam lima bulan terakhir secara berturut-turut. Pada Maret 2021, PMI manufaktur tercatat mendaki ke posisi 53,2. Padahal, bulan sebelumnya, posisinya masih di 50,9.
Realisasi PMI manufaktur RI ini menyentuh level tertingginya sejak survei pertama kalinya pada 2011 lalu dan menggambarkan percepatan pertumbuhan output dan permintaan baru.
Bahkan, indeks baru ini menunjukkan kenaikan solid pada kondisi bisnis yang melampaui rekor survei pada Juni dan Juli 2014 lalu.
Lihat juga:BI Catat Modal Asing Kabur Rp990 M Pekan Ini |
Mengutip fiskal.kemenkeu.go.id, Kamis (1/4), produksi manufaktur meningkat diikuti dengan kenaikan permintaan. Memang, pandemi covid-19 masih mempengaruhi ekspor. Tak heran, pesanan ekspor baru menurun 16 bulan berturut-turut hingga menyentuh level terendahnya pada November 2020 lalu.
Namun, kenaikan tajam pada permintaan baru mendorong kapasitas operasional, sehingga mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian dan menghentikan pemutusan hubungan kerja (PHK), setelah penurunan indikator ketenagakerjaan selama setahun.
Sementara itu, biaya input produksi dan inflasi meningkat karena kurangnya pasokan dan sulitnya mendapatkan input dari luar negeri.
Inflasi harga output juga meningkat karena produsen meneruskan beban biaya input yang lebih tinggi kepada konsumen. Pun demikian, input pada Maret 2021 jauh lebih rendah jika dibandingkan Februari 2021.
Secara umum, produsen di Indonesia masih sangat optimis bahwa produksi akan meningkat pada tahun mendatang, dengan kepercayaan diri untuk berbisnis mencapai level tertingginya dalam 50 bulan terakhir.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan insentif pemerintah, seperti Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang ditanggung pemerintah untuk kendaraan bermotor akan mendukung terwujudnya penciptaan permintaan lebih cepat.
"Selain itu, program vaksinasi nasional yang sedang dilaksanakan memberi optimisme yang kuat terhadap pelaku bisnis manufaktur terhadap pemulihan ekonomi. Pelaksanaan vaksinasi tentu akan lebih efektif," imbuh dia.
Karenanya, ia melanjutkan respons yang semakin positif dari sisi produsen harus juga dibarengi dengan sisi permintaan.
"Momentum pemulihan ini akan terus dijaga dengan terus mengakselerasi program vaksinasi nasional, pemulihan ekonomi nasional (PEN), dan realisasi belanja negara secara keseluruhan," pungkasnya.