Bank Indonesia (BI) mengaku belum berencana menaikkan suku bunga acuan seperti yang dilakukan bank sentral Turki dan Brasil. Hal ini karena tak ada tekanan inflasi di Indonesia.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menerangkan bank sentral Turki telah mengerek suku bunga acuan hingga 200 basis poin. Sementara, bank sentral Brasil menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin.
"Apakah akan ikut-ikutan negara lain, Turki 200 basis poin dan Brazil 75 basis poin? Itu struktur ekonomi berbeda. Dua negara itu ada tekanan inflasi," ungkap Destry dalam Temu Stakeholders Untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (1/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Destry menjelaskan inflasi di Turki mencapai belasan persen. Oleh karena itu, bank sentral negara memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan secara signifikan.
"Indonesia inflasi rendah. Artinya, memang penurunan suku bunga di Indonesia itu karena fundamental, ruang untuk turun suku bunganya terbuka," kata Destry.
Selain itu, ruang penurunan suku bunga acuan juga terbuka karena nilai ekspor masih cukup baik, current account deficit (CAD) masih terkendali, dan likuiditas di perbankan masih tinggi. Dengan demikian, BI bisa mempertahankan suku bunga acuan di level rendah.
"Ini juga diharapkan bisa berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi karena biaya bunga murah. Diharapkan, kebijakan ini (suku bunga acuan rendah) diteruskan oleh sektor perbankan," jelas Destry.
Sebagai informasi, BI menetapkan suku bunga acuan di level 3,5 persen atau terendah sepanjang sejarah. Sementara, tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing sebesar 2,75 persen dan 4,25 persen.
(aud/bir)