BI Ungkap Plus Minus Kecepatan Produksi Vaksin di Negara Maju

CNN Indonesia
Selasa, 06 Apr 2021 18:50 WIB
BI mengungkap plus minus dari cepatnya produksi dan distribusi vaksin virus corona di negara-negara maju terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
BI mengungkap plus minus dari cepatnya produksi dan distribusi vaksin virus corona di negara-negara maju terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.Ilustrasi. (AP/Ted S. Warren).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Indonesia (BI) mengungkap plus minus dari cepatnya produksi dan distribusi vaksin virus corona atau covid-19 di negara-negara maju terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, negara berkembang, hingga Indonesia.

Menurut Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, vaksin covid-19 memang ibarat pengubah permainan (game changer) bagi krisis ekonomi yang dialami banyak negara di dunia akibat pandemi. Ia meyakini pertumbuhan ekonomi akan mulai pulih apabila negara-negara di dunia bisa mempercepat proses vaksinasi.

Ia mengatakan vaksin memang bukan satu-satunya jaminan bagi seseorang untuk tidak tertular covid-19. Tapi, setidaknya vaksin bisa memberi kepercayaan sementara bagi masyarakat untuk bisa melakukan mobilitas dan aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi untuk memunculkan pemulihan pertumbuhan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Game changer-nya, prasyaratnya ada di vaksin, semua sudah mengatakan ini dan sekarang proses vaksinasi dipercepat dan relatif banyak terjadi di negara maju," ujar Dody di acara diskusi yang digelar Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Selasa (6/4).

Dody menilai wajar bila negara maju terdepan dalam produksi dan distribusi vaksin. Sebab, sumber daya manusia dan sumber daya anggaran mereka mumpuni.

Hal ini sedikit berbeda dengan negara berkembang yang tidak semuanya serba memadai. Misal, ada yang sumber daya manusia dan bahan baku ada, tapi anggarannya terbatas, atau sebaliknya.

Namun, cepatnya vaksinasi di negara maju rupanya memberi manfaat dan dampak alias plus minus bagi laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut, dunia, negara berkembang, hingga Indonesia.

"Bagusnya, negara maju menjadi pendorong, harapannya mereka cepat pulih, maka bisa menarik negara-negara lain untuk bisa ikut pulih. Tapi, tidak bagusnya, kalau ada masalah distribusi vaksin yang terbatas dan mereka selesai duluan, ini akan menghambat pertumbuhan di negara-negara lain. Dan yang sekarang terjadi, distribusi masih belum merata di negara-negara emerging market, di Afrika terutama, ini perkembangan yang perlu diwaspadai," jelasnya.

Maka dari itu, menurut Dody, negara-negara lain, termasuk Indonesia harus bisa menyiapkan diri sebaik mungkin untuk bisa mempercepat penyelenggaraan vaksinasi di dalam negerinya masing-masing. Sebab, di luar pengaruh global, ada pula faktor internal yang menentukan.

"Pertanyaannya, kalau ekonomi negara maju tumbuh karena vaksinasi berkembang, kemudian siapa yang menikmati kalau negara emerging market justru terlambat dari sisi vaksinasi? Indonesia bagaimana? Karena vaksinasi hanya salah satu syarat, maka kita perlu cek syarat lainnya," ucapnya.

Syarat lain itu, sambung Dody, adalah bagaimana suatu negara tetap bisa menjalankan protokol kesehatan dengan ketat dan tertib. Begitu juga dengan langkah 3M dan 3T yang tidak boleh ditinggalkan.

Sebab, menurutnya, meski vaksinasi menjadi game changer, tapi bukan satu-satunya jurus. Ketika seseorang sudah divaksin, bukan berarti antibodinya sudah 100 persen kebal terhadap covid-19.

"Tapi minimal confidence ada dulu, kalau confidence ada, mobilitas terjadi, ini kunci dari perekonomian. Seandainya vaksin tidak berakhir pun, maka akan ada perlambatan bagi kita untuk mencapai herd immunity, tapi setidaknya ada vaksin dilakukan," terangnya.

Syarat lain yang juga diperlukan adalah stimulus fiskal dari pemerintah dan stimulus moneter dari bank sentral nasional. Hal ini juga tetap menentukan bagaimana kondisi ekonomi ke depan, khususnya ketika vaksinasi masih membutuhkan waktu.

[Gambas:Video CNN]



(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER