CEO Qatar Airways, Akbar Al-Baker menilai negara di dunia perlu untuk kembali membuka perbatasan mereka dengan aman. Ia juga menyebut banyak maskapai akan membutuhkan bantuan negara pada tahun ini demi menghindari bangkrut.
Maskapai pelat merah itu diketahui menerima 7,3 miliar riyal atau setara dengan US$1,95 miliar dari Pemerintah Qatar pada tahun lalu untuk melewati krisis akibat pandemi.
"Kita perlu perbatasan kembali dibuka dengan aman sehingga orang-orang akan terbang kembali, dan dengan maskapai penerbangan yang diperkirakan akan kehabisan uang setidaknya sampai kuartal keempat 2021, kita kehabisan waktu," kata Baker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maskapai penerbangan di seluruh dunia kini amat membutuhkan pendapatan. Namun ketidakpastian terkait seberapa lama perbatasan ditutup membuat orang enggan merencanakan liburan dan memesan tiket.
Hal itu berujung pada banyak pesawat tak bisa terbang atau terbang dengan minim penumpang.
Baker sepakat dengan prakiraan industri bahwa permintaan penumpang tak akan kembali seperti masa sebelum pandemi, seperti pada 2019, hingga 2024 mendatang. Hal itu setahun lebih lambat dari yang diperkirakan banyak orang.
Namun Baker menyebut prakiraan untuk tahun ini dianggap terlalu optimis. Ia juga memperkirakan permintaan akan lebih lambat dari yang diharapkan sebelumnya.
Baker juga menyebut Qatar Airways diposisikan untuk muncul "sangat kuat" dari krisis, sebagian karena maskapai saingan mereka telah mengalami kebangkrutan.
Qatar Airways sendiri disebut Baker akan mengoperasikan lebih dari 1.200 penerbangan mingguan ke lebih dari 140 tujuan pada musim panas ini.
"Potensi pertumbuhannya sangat besar... Qatar Airways pasca pandemi akan menjadi salah satu maskapai teratas di dunia," katanya.
(reuters/end)