Forbes memasukkan 18 konglomerat Indonesia dalam daftar orang terkaya dunia 2021. Total kekayaan para konglomerat tersebut bila dijumlah mencapai US$75,5 miliar atau setara dengan Rp1.057 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS).
Posisi puncak orang terkaya di Indonesia masih diduduki Hartono bersaudara, yakni Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono.
Meski demikian dalam daftar konglomerat global, Budi menempati posisi 86 dengan jumlah harta US$20,9 miliar, sedangkan Michael berada di posisi 89 dengan kekayaan US$19,7 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Hartono bersaudara, beberapa nama konglomerat Indonesia yang masuk daftar orang terkaya di dunia itu sudah tak asing di telinga. Mereka di antaranya Prajogo Pangestu dengan kekayaan US$6,5 miliar, Chairil Tanjung dengan harta US$4,8 milia, Tahir & Family US$3,3 miliar, serta Eddy Kusnadi Sariaatmadja dengan kekayaan US$3 miliar.
Kemudian ada Jerry Ng dengan kekayaan US$2,5 miliar, Theodore Rachmat US$1,7 miliar, Mochtar Riady & Fam US$1,7 miliar, Djoko Susanto US$1,7 miliar, dan Peter Sondakh US$1,5 miliar.
Lalu, ada Alexander Tedja dengan harta US$1,4 miliar, Murdaya Poo US$1,2 miliar, Winarko Sulistyo US$1,2 miliar, Lim Hariyanto Wijaya Sarwano US$1,1 miliar, Low Tuck Kwong US$1,1 miliar, Susanto Suwarto US$1,1 miliar, serta Hary Tanoesoedibjo US$1,1 miliar.
Lantas dari mana pundi-pundi kekayaan mereka berasal?
Robert Budi Hartono atau dikenal Budi Hartono adalah konglomerat yang melambung berkat Djarum Group. Namun, pundi-pundi hartanya tak hanya berasal dari bisnis rokok tersebut.
Budi tercatat mendiversifikasi bisnisnya ke berbagai bidang seperti membeli Bank Central Asia hingga mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 65 ribu hektare di Kalimantan Barat.
Ia juga masuk ke bisnis properti seperti Grand Indonesia, Hotel Kempinski, dan Menara BCA. Bisnis propertinya juga tersebar di beberapa tempat, seperti mal Daan Mogot, WTC Mangga Dua, dan Resinda di Karawang.
Hampir sama dengan Budi Hartono, kekayaan Michael Bambang Hartono berasal dari Djarum Group. Selain bisnis rokok, perbankan dan kelapa sawit, pundi-pundi harta Michael Hartono juga berasal dari bisnis elektronik yakni Polytron.
Kekayaan pemilik Barito Pasific ini berasal dari berbagai sektor terutama energi. Di bidang petrokimia, misalnya ia mengendalikan perusahaan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Melalui Barito Pasific, Prajogo juga memiliki perusahaan patungan dengan salah satu entitas anak PT Indonesia Power, entitas anak yang dimiliki sepenuhnya oleh PLN, untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap dengan teknologi Ultra Super Critical 2 x 1.000 MW (PLTU Jawa 9 & 10).
Ada pula anak usaha yang bergerak di sektor properti yang dioperasikan melalui GI serta sejumlah bisnis yang bergerak dalam bidang investasi.
Pengusaha yang akrab disapa CT ini merupakan pendiri dari CT Corpora yang membawahi beberapa anak perusahaan, seperti Trans Corp, Bank Mega, hingga jaringan supermarket yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
CT juga mengelola usaha di perkebunan kelapa sawit seluas 60!48;7 hektar di Kalimantan melalui CT Agro. Situs resmi perusahaan menyebut CT Agro juga bertujuan untuk berinvestasi dalam fasilitas pemrosesan hulu penuh pabrik dan kilang.
Di luar itu, CT juga menjadi pemimpin Pariarti Shindutama dan Para Rekan Investama.
Dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), CT diketahui memiliki harta tak bergerak berupa tanah dan bangunan yang tersebar di Purwakarta, Jombang, Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Singapura dengan total mencapai Rp445,97 miliar.
Dato' Sri Tahir dan keluarganya mengelola Mayapada Group, holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia.
Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, hotel dan real estate, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS).
Di bidang rumah sakit, ada Mayapada Hospital dan Mayapada Clinic yang jaringannya tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Kemudian di bidang real estate dan hotel, Group ini mengelola Mayapada Tower I dan II serta Sena Topas Tower.
Sementara di sektor jasa keuangan, terdapat Bank Mayapada yang juga merambah ke perusahaan multi finance serta industri asuransi melalui kemitraan dengan Asuransi Zurich dan juga Sompo Japan NipponKoa.
Eddy Kusnadi Sariaatmadja adalah pemilik dari Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Group. Kekayaannya berasal dari bidang penyiaran dan media antara lain PT Surya Cipta Media Tbk, PT Surya Citra Televisi (SCTV), PT Indosiar Visual Mandiri, hingga PT Kapan Lagi Dot Com Networks (KLY).
Kusnadi juga terjun bisnis perkebunan. PT. London Sumatra Plantation yang menghasilkan karet, kelapa sawit, kopi, kakao, dan lain-lain. Dengan aset sebesar Rp2,98 triliun dan keuntungan hingga Rp2 triliun lebih, PT. London Sumatra Plantation juga menjadi usaha penting bagi Kusnadi.