Data Kemenkeu: Rp1.356 T Lenyap Ditelan Corona

CNN Indonesia
Kamis, 29 Apr 2021 12:47 WIB
Kemenkeu menyebut uang Rp1.356 triliun amblas dari ekonomi Indonesia pada 2020 kemarin akibat virus corona. (Dok: Universitas Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menyatakan uang sekitar Rp1.356 triliun amblas dari ekonomi Indonesia pada 2020 kemarin akibat virus corona.

Hilangnya nilai ekonomi itu membuat pertumbuhan nasional minus 8,8 persen dari target awal 5,3 persen pada tahun lalu.

"Dengan kondisi 2020 kemarin, realisasinya itu minus 8,8 persen lebih rendah dari seharusnya daripada kalau tidak pandemi," ungkap Febrio di forum diskusi bertajuk Telaah Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi secara virtual, Kamis (29/4).

Dana itu, sambung Febrio, tetap menguap meski pemerintah sudah mengubah postur APBN dengan menaikkan alokasi belanja negara Rp284,2 triliun untuk menahan risiko pelemahan ekonomi akibat pandemi.

"APBN sudah bekerja keras di 2020. Walaupun ketika itu pandemi sangat dalam dan membuat pendapatan negara minus Rp312,8 triliun, kami tetap lakukan kebijakan fiskal yang progresif," ujarnya.

Penambahan alokasi belanja negara di tengah penurunan pendapatan negara tetap bisa dilakukan karena pemerintah menerbitkan banyak surat utang. Jumlah pembiayaan utang pun mencapai Rp1.226,8 triliun pada tahun lalu.

Hal ini turut mengerek beban bunga utang menjadi Rp38,6 triliun. Kebijakan serupa bahkan diteruskan pada tahun ini dengan penambahan belanja negara mencapai Rp156,5 triliun.

Alokasi tambahan belanja negara difokuskan untuk meningkatkan pagu anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mencapai Rp699,43 triliun.

"Ini termasuk di dalamnya untuk vaksinasi gratis 181,5 juta orang dengan target mencapai herd immunity," terangnya.

Dananya sebagian berasal dari penerbitan surat utang dengan target pembiayaan utang pada tahun ini mencapai Rp1.177,4 triliun. Konsekuensinya, beban bunga utang akan meningkat jadi Rp59,2 triliun.

Lebih lanjut, Febrio memperkirakan dampak dari pandemi terhadap APBN baru bisa distabilkan pada 2023 mendatang. Pada tahun itu diharapkan defisit fiskal yang sempat bengkak ke kisaran 6 persen pada 2020 bisa turun ke kisaran 2,71 persen sampai 2,97 persen.

"Ini dengan menjaga size belanja di kisaran 12,9 persen sampai 13,86 persen dari PDB dan pendapatan berkisar 10,19 persen sampai 10,89 persen dari PDB. Sehingga perekonomian di 2023 diperkirakan cukup resilien untuk menahan dampak dari turunnya belanja negara," pungkasnya.

(uli/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK