REKOMENDASI SAHAM

Membidik Saham-saham Kinclong Jelang Akhir 'Sell on May'

CNN Indonesia
Senin, 24 Mei 2021 08:12 WIB
Analis menyatakan fenomena 'sell on May' bisa dimanfaatkan pasar untuk mengakumulasi beli saham berkapitalisasi tinggi. Berikut rinciannya.
Fenomena 'sell on May' bisa dimanfaatkan pasar untuk mengakumulasi beli saham berkapitalisasi tinggi. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia --

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,78 persen dari 5.938 ke 5.773 pada pekan lalu. Pada perdagangan investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp458,16 miliar.

CEO Sucor Sekuritas Bernadus Setya Ananda Wijaya menilai koreksi indeks yang cukup dalam dapat dijadikan kesempatan untuk mengakumulasi beli saham-saham berkapitalisasi tinggi yang berpotensi mencetak performa lebih baik di kuartal II 2021.

Ia menyebut memang setiap tahunnya, Mei kerap menekan indeks ke titik terendahnya atau yang dikenal dengan fenomena 'Sell on May'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yakin fenomena tersebut bakal menjadi momentum rebound IHSG, ia memproyeksikan indeks berbalik arah menguji resisten 5.850-5.920 pada pekan ini.

"Ini menjadi kesempatan untuk beli karena dilihat secara histori di Mei sejak 2018-2020 merupakan titik terendah IHSG," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (24/5).

Secara jangka pendek, ia melihat bergairahnya pasar saham Wall Street bakal ikut berdampak positif terhadap indeks dalam negeri. Pada perdagangan Jumat (21/5) misalnya, indeks Dow Jones menguat 0,36 persen ke level 34.207.

Ia menilai penguatan ditopang oleh membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang tercermin dari data tingkat pengangguran yang menurun. Mengutip Reuters, pada pertengahan Mei lalu, terjadi penurunan klaim manfaat untuk pengangguran menjadi 444 ribu, terendah sejak pertengahan Maret 2020 silam.

[Gambas:Video CNN]

Optimisme juga datang dari data perekonomian dalam negeri, seperti Purchasing Managers' Index (PMI) April yang mencetak rekor tertinggi sebesar 54,6. Selain itu, cadangan devisa RI juga membaik pada April 2021 senilai US$138,8 miliar, naik dari posisi sebelumnya yaitu US$137,1 miliar pada Maret 2021.

Lebih jauh, ia mengatakan wacana Tax Amnesty jilid dua juga bisa menggairahkan pasar. Dengan adanya pengampunan pajak, ia menilai bakal ada dana yang selama ini terparkir di luar masuk ke Indonesia.

Ia mengatakan salah satu instrumen yang menarik adalah pasar bursa.

Walau begitu, Bernard turut mengingatkan sentimen yang berpotensi menekan indeks, yaitu potensi lonjakan kasus covid-19 akibat libur Lebaran.

Bila kasus positif harian bakal di atas 6.000 orang, ia memprediksikan efeknya tidak akan terlalu signifikan terhadap indeks. Pasalnya, seminggu sebelum Lebaran pasar sudah lebih dulu terkoreksi (priced in) cukup dalam.

"Kalau kasus covid-19 di bawah 6.000 kasus masih aman terhadap pergerakan IHSG karena sudah priced in," katanya.

Mengandalkan emiten berfundamental kuat menjadi penggerak indeks hingga ke akhir tahun, Bernard merekomendasikan beberapa saham ciamik yang berpotensi menguat.

Pertama, ada saham PT BRI (Persero) Tbk dengan target di level 5.100. Kedua, saham PT BNI (Persero) Tbk dengan harga target di 7.400.

Kemudian PT Astra International Tbk atau ASII dengan target 7.050 dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk di level 4.100.

"Di akhir tahun kami menargetkan IHSG di level 6.600-6.800, ditopang oleh keempat saham tersebut," bebernya.

Untuk pilihan saham lapis dua, ia menyebut saham MNCN cukup menarik untuk dilirik, ditopang oleh rating yang gemilang dan pendapatan iklan. Memproyeksikan pendapatan di kuartal II akan lebih baik dari kuartal sebelumnya, ia menargetkan MNCN bisa menyentuh harga 1.400.

Dia juga menilai sektor properti cukup menarik untuk dikoleksi, khususnya untuk perusahaan yang menjajal rumah tapak. Ia merekomendasikan saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan target 1.200 dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan target 1.500.

Sepaham, Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menyebut pekan ini indeks bisa menguat meski bakal libur tengah pekan, yakni Rabu (26/5), perayaan Waisak 2021.

Tengah lesunya pasar aset kripto saat ini, lanjutnya, bisa menjadi katalis pendorong indeks. Saat investor mulai pesimis dengan uang kripto, ia menilai dana bisa beralih ke pasar saham.

Seperti diketahui, sejak dua pekan terakhir terjadi koreksi cukup dalam di pasar kripto. Berbagai uang kripto besar seperti bitcoin, ethereum, binance coin, hingga dogecoin kompak lesu.

Koreksi kian dalam usai pemerintah China mengumumkan pelarangan penggunaan uang kripto di lembaga keuangan negara. Selain itu, pemerintah AS juga mengetatkan pelaporan transaksi uang kripto.

Di luar itu, ia menyebut ada tekanan yang berasal dari spekulasi investor akan melantainya saham GoTo di tahun ini usai Gojek-Tokopedia resmi merger.

Suria menyebut spekulasi membuat investor mengurangi kepemilikan saham mereka di deretan saham bluechip untuk membeli saham GoTo ketika IPO nanti.

Melihat besarnya kapitalisasi perusahaan, ia menyebut saham GoTo bakal menggeser deretan saham besar di Indonesia. Walau perusahaan belum tentu untung, namun ia meneropong kapitalisasi pasar bisa lebih besar dari TLKM dan BBRI.

Ia menyebut saham merger GoTo menarik untuk dipantau mengingat ada dua perusahaan besar yang juga memiliki saham di sana, yaitu ASII dan TLKM.

"(Valuasi kapitalisasi) bisa di atas Rp500 triliun, itu berarti besar sekali. Ini menarik karena kapitalisasinya besar dan menjadi hal baru di bursa," katanya.

(wel/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER