Data Ekonomi AS Cemerlang, Rupiah Tertekan ke Rp14.295
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.295 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Jumat (4/6) sore. Posisi ini melemah 10 poin atau 0,07 persen dari Rp14.285 per dolar AS pada Kamis (3/6).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.316 per dolar AS atau melemah dari Rp14.297 per dolar AS pada Kamis kemarin.
Di kawasan Asia, rupiah melemah bersama won Korea Selatan minus 0,25 persen, rupee India minus 0,19 persen, baht Thailand minus 0,1 persen, yuan China minus 0,09 persen, ringgit Malaysia minus 0,08 persen, dan dolar Singapura minus 0,07 persen.
Namun dolar Hong Kong menguat 0,1 persen, yen Jepang 0,11 persen, dan peso Filipina 0,18 persen.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju. Mayoritas melemah dari dolar AS.
Dolar Kanada minus 0,14 persen, euro Eropa minus 0,11 persen, dan franc Swiss minus 0,1 persen. Sedangkan rubel Rusia stagnan.
Hanya poundsterling Inggris dan dolar Australia yang menguat, masing-masing 0,11 persen dan 0,03 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah melemah karena membaiknya data ekonomi di Amerika Serikat. Misalnya, klaim pengangguran yang turun dari 405 ribu menjadi 385 ribu.
Lalu, data pekerjaan non-pertanian AS meningkat jadi 978 ribu. Hal ini membuat dolar AS berhasil menguat.
"Dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya dan mencapai (level) tertinggi setelah rentetan data ekonomi yang kuat," ungkap Ibrahim.
Hal ini juga membuat pasar kembali berekspektasi bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve akan mengambil langkah pengetatan kebijakan moneter. Begitu juga dengan arah prospek ekonomi negeri Paman Sam ke depan.