Bos PTPN Ngadu ke DPR Cuma Dikasih Kuota Impor Gula 2 Persen
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III Muhammad Abdul Ghani mengungkapkan pihaknya hanya mendapatkan kuota impor gula rafinasi (raw sugar) sebesar 2 persen dari total kuota impor.
Pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Abdul mengadu mendapatkan perlakuan tidak adil. Pasalnya, PTPN memproduksi sekitar 50 persen dari total gula kristal putih (GKP) di Indonesia.
"Sebenarnya kalau cerita produsen gula di Tanah Air, BUMN sekitar 50 persen. Kami menghasilkan 50 persen dari gula yang diproduksi di Indonesia, cuma perlakuan impor raw sugar kami hanya 2 persen Pak," jelasnya, Senin (21/6).
Baca juga:Harga Cabai Kompak Naik pada Awal Pekan |
Abdul pada kesempatan ini meminta keberpihakan DPR kepadanya untuk menambah kuota impor gula rafinasi. Ia menyebut saat ini 90 persen impor dilakukan oleh perusahaan swasta tanpa kebun dan 8 persen lainnya diimpor oleh perusahaan swasta dengan kebun sendiri.
"Kami minta dukungan Bapak Ibu. Ini (kuota) tidak untuk sendiri. Kalau kami dapat dukungan impor raw sugar yang adil, kami bisa membantu petani," imbuhnya.
Ia mengklaim memiliki peta jalan untuk membantu petani lokal bila diberikan kuota lebih besar untuk importasi. Salah satunya, memberikan bibit gratis untuk petani yang melakukan peremajaan ratoon (tanaman tebu).
Pada kesempatan tersebut, ia juga menjabarkan bahaya ketergantungan impor gula RI. Ia memproyeksikan pada 2030 mendatang kebutuhan konsumsi gula Indonesia mencapai 9,7 juta ton.
Bila tak dilakukan perbaikan, mayoritas atau sekitar 6,6 juta ton gula bakal dipenuhi lewat importasi. Melihat tren harga gula yang terus menanjak, ia mengaku khawatir jika Indonesia tidak segera mandiri dari importasi gula.
"Sekarang saja Indonesia sudah menjadi negara pengimpor gula terbesar. Konon pula, kita tidak melakukan upaya maksimal padahal di sisi lain pemerintah sudah menetapkan RPJMN 2020-2024, target 2025 Indonesia harus bisa swasembada gula konsumsi," pungkasnya.