China tengah menghadapi defisit listrik. Setidaknya ada tiga penyebabnya, yaitu cuaca ekstrem, kenaikan permintaan energi, dan pembatasan ketat penggunaan batu bara.
CNN Business melaporkan defisit terburuk sejak 2011 itu bisa berlangsung selama berbulan-bulan. Hal itu bisa menghambat pemulihan ekonomi negeri tirai bambu dan membebani perdagangan internasional.
Selama beberapa pekan terakhir, belasan provinsi di China mengalami tekanan pada pasokan listrik. Persoalan itu juga dialami oleh beberapa provinsi yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, salah satunya Provinsi Guangdong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Guangdong, pembatasan penggunaan listrik membuat sejumlah perusahaan menghentikan operasinya beberapa hari dalam seminggu. Padahal, Guangdong merupakan pusat manufaktur yang menyumbangkan US$1,7 triliun atau lebih dari 10 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain Guangdong, kondisi serupa juga dialami oleh Yunan, Guangxi, hingga hub industri Zhejiang. Pemerintah setempat mengumumkan pembatasan penggunaan listrik di area seluas gabungan Inggris, Jerman, dan Prancis.
Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat pembatasan listrik menekan pertumbuhan aktivitas pabrik di China pada Juni ini. Selain itu, kurangnya listrik juga akan menekan sektor konstruksi dan manufaktur yang mengonsumsi hampir 70 persen listrik di China tahun lalu.
"Penjatahan listrik tidak dipungkiri menekan ekonomi," ujar Analis Karbon Refinitiv Yanqin dikutip Rabu (30/6).
Pembatasan pasokan batu bara, penyumbang 60 persen sumber energi listrik di China, berdampak besar pada pasokan listrik. China sendiri saat ini berupaya menekan porsi pembangkit listrik batu bara untuk mencapai target karbon netral pada 2060.
Namun, pasokan listrik dari energi terbarukan juga terbatas. Analis Centre for Research on Energy an Clean Air Lauri Myllyvirta mengungkapkan pembangkit listrik tenaga air di Provinsi Yunan terkendala oleh kekeringan yang melanda.
Konsultan Eurasia Group Gloystein menilai China perlu mengkaji kembali target pengurangan energi forsil. Misalnya, mengoperasikan kembali pembangkit listrik yang disetop karena menyebabkan polusi awal tahun ini.
Selain itu, menurut Gloystein, China dapat mengangkat hambatan impor batu bara dari Australia yang membuat hubungan kedua negara memanas. "Meskipun itu akan membuat Beijing terlihat lemah," ujar Gloystein.