Hitachi ABB Power Grids mengumumkan perubahan nama menjadi Hitachi Energy mulai Oktober mendatang. Keputusan itu telah mendapat izin dewan direksi dan pemegang saham, bertepatan dengan hari jadi pertama Hitachi ABB Power Grids pada 1 Juli 2020.
Berkantor pusat di Zurich, Swiss, Hitachi Ltd. memiliki saham sebesar 80,1 persen pada perusahaan patungan ini, dan selebihnya dimiliki oleh ABB Ltd. Selama ini, Hitachi ABB dikenal akan terobosan inovatif yang membantu akses listrik yang aman, terjamin, dan andal dalam 100 tahun terakhir.
Terobosan tersebut termasuk teknologi HVDC1 komersial jarak jauh yang memungkinkan sebuah negara mentransmisikan daya dalam jumlah besar dengan penurunan minimum dalam jarak ribuan kilometer, sekaligus mengurangi jejak karbon. Hitachi ABB menandai peran dalam perwujudan sistem energi global yang lebih kuat, lebih cerdas, dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Eksekutif dan CEO Hitachi Toshiaki Higashihara mengatakan, mendukung kebaikan demi masa depan energi yang keberlanjutan adalah inti tujuan Hitachi ABB. Seiring perubahan iklim dan peningkatan bencana alam, saat ini ada tiga masalah sosial yang harus diatasi, yaitu lingkungan, ketahanan, serta keamanan dan keselamatan.
Toshiaki menyebut, Hitachi ABB Power Grids menyediakan beragam solusi. Dengan mengubah nama perusahaan menjadi Hitachi Energy, dia menegaskan akan memperkuat komitmen untuk mewujudkan masyarakat yang berkelanjutan.
Selain itu, transisi perubahan nama Hitachi Energy mencerminkan perkembangan yang begitu cepat dalam ranah energi. Pada saat bersamaan, Hitachi melihat berbagai peluang untuk menciptakan nilai ekonomi, lingkungan, dan sosial yang lebih baik.
"Hitachi dan Hitachi Energy akan berkontribusi dalam mengatasi masalah sosial dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mewujudkan inovasi sosial dalam bidang energi bersama pelanggan dan mitra," ungkapnya.
Dia mengakui, isu penanggulangan perubahan iklim saat ini menjadi salah satu tantangan paling mendesak. Laporan Net Zero by 2050 dari IEA2 menyebut bahwa jalan menuju emisi nol bersih itu sempit, sehingga diperlukan peningkatan investasi dalam infrastruktur. Yang tak kalah penting, menerapkan seluruh teknologi energi bersih dan efisien dengan cepat dan masif.
Pada tahun 2030, ekonomi dunia diprediksi meningkat 40 persen, dengan konsumsi energi 7 persen lebih rendah agar dapat meraih hasil emisi nol bersih pada 2050. Ke depannya, diyakini bahwa sektor energi akan didominasi oleh energi terbarukan dan listrik akan berkontribusi hampir 50 persen pada total konsumsi energi global, atau sekitar 20 persen lebih tinggi dibandingkan saat ini. Transisi energi yang seimbang dan berkelanjutan merupakan inti dari tantangan global ini, di mana listrik akan menjadi tulang punggung pada seluruh sistem energi.
Presiden dan COO Hitachi Keiji Kojima menambahkan, untuk mewujudkan masyarakat berkelanjutan maka teknologi digital harus diterapkan di semua bidang, misalnya seperti Hitachi Lumada, platform energi yang menjadi perpaduan solusi dan kecanggihan layanan digital.
"Dalam bidang energi, jaringan listrik diperkirakan akan menjadi pusat inovasi karena berhubungan erat dengan teknologi digital, dan saya yakin bahwa Hitachi Energy akan menjadi yang terdepan dalam inovasi ini. Hitachi akan memadukan teknologi digital seperti Lumada, dengan teknologi energi canggih dari Hitachi Energy untuk menyediakan solusi energi yang inovatif guna menciptakan nilai sosial, lingkungan, dan ekonomi," kata Keiji.
CEO Hitachi ABB Power Grids Claudio Facchin mengungkapkan, perusahaan terus berkembang seiring ranah energi. Dia kemudian kembali menegaskan komitmen untuk mendukung kebaikan demi masa depan energi yang berkelanjutan melalui teknologi inovatif dan digital.
"Dengan nama baru ini, Hitachi Energy memperluas komitmen untuk menciptakan nilai lebih lanjut bagi pelanggan, karyawan, dan masyarakat. Setahun belakangan merupakan waktu yang berat bagi semua orang, tetapi kami menatap ke depan dengan optimis. Saya sangat bangga dengan para personel kita yang tersebar di 90 negara, dan dengan semangat, ketulusan, serta budaya keberagaman dan inklusi, kita terus melangkah maju," ujar Claudio.
Toshiaki melanjutkan, bersamaan dengan perubahan nama, merek perusahaan juga akan berubah menjadi Hitachi, dan digunakan dalam komunikasi eksternal dan internal. Saat ini, mereka tengah dalam proses resmi untuk perubahan nama entitas di setiap negara di mana Hitachi beroperasi.
(rea/rea)