Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.463 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Selasa (13/7) sore. Posisi ini menguat 29 poin atau 0,2 persen dari Rp14.492 persen pada Senin (12/7).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.486 per dolar AS atau stagnan dari kemarin.
Rupiah menguat bersama seluruh mata uang Asia lainnya, seperti baht Thailand menguat 0,24 persen, peso Filipina 0,23 persen, dan won Korea Selatan 0,16 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu pula dengan yuan China menguat 0,16 persen, rupee India 0,11 persen, yen Jepang 0,02 persen, dolar Singapura 0,01 persen, ringgit Malaysia 0,01 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.
Sedangkan mata uang utama negara maju bergerak variasi. Hanya rubel Rusia yang menguat 0,74 persen dan dolar Australia 0,06 persen.
Sisanya berada di zona merah, seperti poundsterling Inggris melemah 0,19 persen, dolar Kanada minus 0,14 persen, euro Eropa minus 0,07 persen, dan franc Swiss minus 0,05 persen.
Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan penguatan rupiah pada hari ini sepenuhnya terjadi karena pengaruh pelemahan dolar AS. Sebab, tidak ada sentimen positif dari dalam negeri di tengah pelaksanaan kebijakan PPKM Darurat dan lonjakan kasus harian covid-19.
"Jadi sebenarnya tidak ada sentimen positif dari dalam negeri, penguatan rupiah hari ini hanya karena koreksi dolar AS saja. Ini terjadi karena rilis data-data ekonomi AS sebelumnya saja," ungkap Lukman kepada CNNIndonesia.com, Selasa (13/7).
Sementara dari dalam negeri, menurutnya, pasar tengah menanti angin segar dari data neraca perdagangan yang akan dirilis pada Kamis (15/7) mendatang. Begitu juga dengan perkembangan ekonomi terbaru dari pemerintah.