Saudi Aramco mengonfirmasi sejumlah dokumen perusahaan bocor baru-baru ini. Kebocoran data terjadi setelah peretas menuntut uang tebusan US$50 juta atau Rp720 miliar (kurs Rp14.400 per dolar AS) kepada BUMN minyak raksasa tersebut.
"Aramco baru-baru ini menyadari terdapat rilis yang tidak langsung dari sejumlah data perusahaan yang dipegang oleh kontraktor pihak ketiga," ungkap manajemen Saudi Aramco, dikutip dari aljazeera.com, Kamis (22/7).
Associated Press sebelumnya melaporkan bahwa 1 terabyte data milik Saudi Aramco telah dipegang oleh seorang peretas. Saudi Aramco sempat diberikan penawaran untuk menghapus data senilai US$50 juta dalam dalam bentuk mata uang kripto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Industri energi global mengatakan terjadi kenaikan serangan siber. Pada 2012, Arab Saudi menyalahkan orang tak dikenal berbasis di luar kerajaan atas serangan siber yang bertujuan mengganggu produksi dari Saudi Aramco.
Timur Tengah telah menjadi tujuan bagi beberapa peretasan termahal di dunia. Salah satunya ada PricewaterhouseCoopers LLP.
Sejumlah perusahaan energi sebelumnya juga sudah memperingatkan serangan siber semakin sering terjadi. Operator jaringan listrik terbesar AS bernama PJM Interconnection LLC mengaku banyak mendapatkan serangan siber.