Pemerintah Lobi Iran Jual Remdesivir untuk RI

CNN Indonesia
Selasa, 03 Agu 2021 18:30 WIB
Jubir Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengaku pemerintah tengah melobi Iran untuk menjual remdesivir miliknya ke Indonesia.
Jubir Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengaku pemerintah tengah melobi Iran untuk menjual remdesivir ke Indonesia. Ilustrasi. (AFP/Ulrich Perrey).
Jakarta, CNN Indonesia --

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengaku tengah melobi Iran untuk menjual atau mengekspor obat terapi covid-19, remdesivir, ke Indonesia. Pasalnya, Indonesia masih membutuhkan kurang lebih 384.503 vial remdesivir untuk memenuhi pasokan hingga Agustus 2021 mendatang.

"Iran memiliki remdesivir yang cukup di negaranya, dan kami minta sebagian stok yang mereka miliki di negaranya itu bisa dikirim atau diberikan kepada Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat di Indonesia," ungkapnya dalam dalam Webinar Keterbukaan Informasi Publik, Selasa (3/8).

Ia menuturkan remdesivir merupakan salah satu dari tiga obat terapi covid-19 yang membutuhkan impor dalam kurun waktu segera karena keterbatasan stok. Dua obat lainnya, yakni tocilizumab 400 mg/20 ml dan IVig 5 persen 50 mg.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Obat-obat tersebut rencananya akan diimpor dari China, Bangladesh, Mesir, dan Turki. Ketiga obat tersebut paling sulit didatangkan karena perusahaan farmasi global yang memproduksi ketiganya juga terbatas.

"Yang jadi konsen kami bagaimana mendapatkan tiga jenis bahan obat ini, karena jauh sulit dan tantangannya lebih besar untuk mendapatkannya," ujarnya.

Secara umum, Nadia mengakui bahwa impor obat-obatan, baik dalam jenis bahan baku maupun jadi memiliki sejumlah tantangan pada masa pandemi ini. Pasalnya, sejumlah negara penyuplai bahan baku obat, seperti India dan Jepang menahan pengiriman bahan baku obat ke luar negeri.

"Karena obat covid itu-itu saja dan penyedianya tidak banyak, sehingga otomatis dalam kondisi antisipasi terjadinya peningkatan kasus, banyak negara pemilik bahan baku dan produsen obat menahan impornya," imbuhnya.

Di sisi lain, kebutuhan obat terapi covid-19 di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan bertambahnya kasus covid-19. Per 12 Juli, kebutuhan obat meningkat sebanyak 12 kali lipat dibandingkan kondisi normal. Padahal, per 7 Juli kenaikannya baru sebanyak 4 kali lipat dari kondisi normal.

Karenanya, pemerintah menempuh berbagai cara untuk mendatangkan obat-obatan tersebut. Tidak hanya impor, pemerintah juga memilih jalur diplomasi dengan negara produsen.

"Selain impor, kami juga memasukkan obat melalui jalur special access scheme dan melakukan diplomasi salah satunya Iran karena memiliki remdesivir yang cukup di negaranya," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER