Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) turun tajam pada penutupan perdagangan Senin (9/8) dari posisi pembukaannya yang sempat menyentuh auto reject atas (ARA) karena menguat sampai maksimal 25 persen.
Pada pembukaan, BUKA sempat bertengger di harga 1.345 per saham dari harga pembukaan di 1.060. Sedangkan pada penutupan hari ini, saham unicorn tersebut melandai ke posisi 1.110.
Namun, bila dibandingkan penutupan sebelumnya, BUKA masih menguat 4,72 persen. Terpantau, pelaku asing melepas kepemilikan senilai Rp685,02 miliar pada hari ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan pada perdagangan sebelumnya, yakni Jumat (6/8) pada saat BUKA resmi IPO, BUKA melejit 24,7 persen dari harga awal Rp850 per saham.
Menurut Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan, pelemahan disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) investor mengingat secara valuasi harga BUKA tergolong mahal saat IPO.
Namun, ia tak dapat menyebutkan berapa harga wajar saham teknologi saat ini karena belum ada tolak ukur (benchmark) yang jelas.
Sebagai informasi, lewat prospektus sebelum melantai, Bukalapak menyatakan masih merugi sebesar Rp 323,805 miliar pada kuartal I 2021.
"Saya rasa wajar jika profit taking karena secara valuasi juga sangat mahal, tidak sesuai dengan riil kinerja keuangannya," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (9/8) siang.
Kendati secara valuasi sudah terlalu mahal, namun Dennies menyebut BUKA masih berpotensi menguat, tergantung pada euforia pasar modal.
BUKA merupakan saham unicorn pertama yang terdaftar melantai di bursa dalam negeri. Euforia IPO BUKA sudah terjadi sejak jauh-jauh hari ketika perusahaan mengumumkan akan menjadi perusahaan terbuka. Selain BUKA, dipastikan perusahaan teknologi raksasa GoTo juga bakal menawarkan saham perdananya di bursa Indonesia.
Lihat Juga : |