Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.272 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (2/9) sore. Posisi ini menguat 10 poin atau 0,07 persen dari Rp14.282 per dolar AS pada Rabu (1/9).
Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.281 per dolar AS atau menanjak dari Rp14.284 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Rupiah menguat bersama peso Filipina 0,42 persen, rupee India 0,03 persen, dolar Singapura 0,02 persen, yen Jepang 0,01 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara yuan China melemah 0,01 persen, ringgit Malaysia minus 0,14 persen, won Korea Selatan minus 0,34 persen, dan baht Thailand minus 0,36 persen.
Mayoritas mata uang utama negara maju kompak berlabuh di zona hijau. Hanya franc Swiss yang stagnan.
Rubel Rusia menguat 0,29 persen, dolar Australia 0,27 persen, dolar Kanada 0,18 persen, poundsterling Inggris 0,11 persen, dan euro Eropa 0,04 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah hari ini terjadi karena pelaku pasar masih menanti sinyal kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve setelah rilis sejumlah data ekonomi negeri Paman Sam.
Lihat Juga : |
Salah satunya, data ketenagakerjaan AS versi swasta yang hanya sebanyak 374 ribu orang atau lebih rendah dari ekspektasi pasar.
"Dolar AS jadi melemah terhadap mata uang lainnya, namun pergerakan (pelemahan dolar AS) karena investor menunggu laporan pekerjaan terbaru AS yang dapat menjadi petunjuk bagi The Fed," ucap Ibrahim.
Di dalam negeri, Ibrahim melihat penguatan mata uang Garuda tertopang oleh data vaksinasi covid-19 yang sudah mencapai 100 juta dosis per akhir Agustus lalu. Hal ini memberikan optimisme bagi pelaku pasar.
"Pasar merespons positif terhadap klaim pemerintah yang sudah memenuhi target penyuntikan 100 juta dosis vaksin covid-19," pungkasnya.