Terlilit Utang Rp4.277 T, Evergrande China Terancam Bangkrut

CNN Indonesia
Rabu, 15 Sep 2021 09:31 WIB
Raksasa real-estate, Evergrande terlilit utang US$300 miliar dan terancam bangkrut.(AFP/NOEL CELIS).
Jakarta, CNN Indonesia --

Evergrande terlilit utang US$300 miliar atau Rp4.277 triliun (asumsi kurs Rp14.256 per dolar AS) dan terancam bangkrut. Raksasa real-estate asal China tersebut mengisyaratkan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utang.

Dilansir dari AFP, perusahaan mengakui sedang menghadapi kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, mereka membantah dikatakan bangkrut.

Pasalnya, konglomerat China pemilik Evergrande sedang meyakinkan investor sekaligus berupaya menurunkan tumpukan utang yang besar.

Pengembang yang terdaftar di Hong Kong ini telah memiliki utang untuk mendanai pertumbuhan properti beberapa tahun lalu. Kondisi perusahaan membuat dua lembaga pemeringkat kredit menurunkan status mereka.

Sementara itu, harga saham Evergrande jatuh di bawah harga listing pada 2009 lalu. Selain itu, ada laporan protes dari pembeli rumah di seluruh negeri yang mengkhawatirkan keamanan investasi mereka.

Aksi protes ini mendorong Evergrande untuk mencoba meredakan ketegangan.

Analis IG Prancis Alexandre Baradez mengatakan pasar tidak terkejut seperti yang terjadi pada Lehman Brothers, raksasa perbankan Amerika yang jatuh bangkrut pada 2008 dan memicu krisis keuangan global.

"Lehman mengejutkan, bank dengan peringkat bagus yang menghilang dalam semalam," kata Baradez kepada AFP.

Dengan kehadiran di lebih dari 280 kota, Evergrande adalah salah satu perusahaan swasta terbesar di Cina dan salah satu pengembang real estat terkemuka. Lumpuh dengan utang, perusahaan melihat sahamnya yang terdaftar di Hong Kong runtuh tahun ini karena meningkatnya kekhawatiran akan kesehatan keuangannya.

Pemerintah China tampaknya bertekad untuk mengendalikan situasi Evergrande, bahkan jika itu berarti memaksa perusahaan tersebut gulung tikar.

Pertanyaannya adalah bagaimana kemungkinan default utang akan ditangani oleh Beijing.

"Peluang default yang tidak teratur untuk Evergrande mungkin tidak terlalu tinggi karena kekacauan sosial yang dapat terjadi dari konsumen dan kehilangan nyawa," catat Omotunde Lawal, kepala utang perusahaan pasar negara berkembang di perusahaan manajemen investasi Barings.



(age/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK