Erick Ungkap Freeport Bidik Laba Rp40 T, Naik 4 Kali Lipat
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan PT Freeport Indonesia (PTFI) menargetkan pendapatan perusahaan naik dari kisaran Rp50 triliun pada 2020 menjadi Rp105 triliun pada 2021. Sementara, laba bersih dibidik meningkat dari Rp10 triliun menjadi Rp40 triliun.
"Pertumbuhan pendapatan Freeport dibandingkan tahun kemarin dan tahun ini, itu meningkat hampir 100 persen," ucap Erick saat peresmian pembangunan smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Selasa (12/10).
Erick mengatakan perusahaan akan mengejar target pendapatan dan laba ini dengan strategi peningkatan produksi. Selain itu, perusahaan juga berhasil mengerek 'cuan' berkat kenaikan harga komoditas tembaga (cooper) di pasar internasional.
Lihat Juga : |
"Ini terjadi karena peningkatan kapasitas daripada produksi Freeport sendiri dan kenaikan daripada harga copper dan terus dilakukan efisiensi," ujarnya.
Tak ketinggalan, perusahaan juga melakukan kerja sama untuk meningkatkan skala bisnisnya. Salah satunya dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk melalui program 4G Mining.
4G Mining merupakan sistem jaringan terintegrasi untuk pengelolaan operasional tambang yang aman dan dapat meningkatkan konektivitas menggunakan hyperconnect network. Sistem ini rencananya juga akan dikembangkan untuk menjalankan kendaraan secara otomatis (autonomous car).
Saat ini, Erick mengatakan kerja sama kedua perusahaan sudah berada di tahap akhir dan akan siap dirilis sekitar enam bulan lagi. Harapannya, kerja sama ini bisa menjadi transformasi bagi kedua perusahaan.
"Kami rencana enam bulan lagi, kami mengharapkan Bapak Presiden (Jokowi) bisa hadir di Freeport untuk menyaksikan peresmian 4G Mining, di mana 4G Mining ini adalah yang pertama di Asia Tenggara," katanya.
Di luar mengejar pendapatan dan laba, Erick mengatakan Freeport juga tetap fokus membagi modal untuk investasi. Salah satunya dilakukan pada hari ini, di mana perusahaan baru saja meresmikan pembangunan fasilitas pemurnian alias smelter di KEK Gresik.
Investasi smelter tersebut mencapai Rp42 triliun. Nantinya, smelter digunakan untuk hilirisasi tembaga agar menjadi katoda tembaga.
Kemudian, juga bisa digunakan untuk fasilitas logam berharga lain, seperti emas dan perak. Estimasi rata-rata produksi dari smelter ini mencapai 35 ton emas dan bisa menghasilkan nilai kurang lebih Rp30 triliun.