Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.265 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Rabu (24/11) sore. Posisi ini melemah 8 poin atau 0,05 persen dari Rp14.257 per dolar AS pada Selasa (23/11).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.272 per dolar AS atau stagnan dari Selasa kemarin.
Di kawasan Asia, rupiah melemah bersama baht Thailand minus 0,49 persen, ringgit Malaysia minus 0,31 persen, dan dolar Singapura minus 0,03 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan rupee India stagnan. Sisanya berada di zona hijau, yaitu peso Filipina yang menguat 0,5 persen, won Korea Selatan 0,29 persen, yen Jepang 0,17 persen, yuan China 0,07 persen, dan dolar Hong Kong 0,02 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru berada di zona merah. Franc Swiss melemah 0,16 persen, euro Eropa minus 0,08 persen, dolar Australia minus 0,06 persen, dan dolar Kanada minus 0,02 persen.
Namun, rubel Rusia dan poundsterling Inggris menguat masing-masing 0,16 persen dan 0,04 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah melemah karena pelaku pasar keuangan global berekspektasi bank sentral AS, The Federal Reserve akan mempercepat tapering dan kenaikan suku bunga acuan.
Ekspektasi ini muncul karena Presiden AS Joe Biden kembali menunjuk Jerome Powell menjadi Gubernur The Fed. Hal ini diyakini akan membuat The Fed meneruskan kebijakannya dengan cepat di bawah pimpinan yang sama.
"Investor mengharapkan Gubernur Federal Reserve yang baru akan mempercepat pengetatan moneter," ujar Ibrahim.
Sementara di dalam negeri belum ada sentimen positif yang mampu menahan pelemahan rupiah. Pemerintah justru akan memperketat aturan PPKM menjadi level 3 di semua daerah jelang libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.