Melchor Group dan Medco Group Teken MoU Pengelolaan Hutan di Papua

Melchor Group | CNN Indonesia
Jumat, 03 Des 2021 15:35 WIB
Dari kiri ke kanan, deret belakang: Fachry Thaib (Komisaris Melchor), Cyrill Noerhadi (Presiden Komisaris PT Rantai Oxygen Indonesia), Arifin Panigoro (Pendiri Medco Group), Mutia Rachmi (Direktur Utama PT Rantai Oxygen Indonesia), Peter Gontha (pendiri Melchor Group), Arfan Arlanda (Direktur Utama Jejak Enviro Teknologi). Dari kiri ke kanan, deret depan: Hilmi Panigoro (Direktur Utama Medco), Rudi Poespoprodjo (Direktur Utama Melchor). (Arsip MELCHOR GROUP).
Jakarta, CNN Indonesia --

Melchor Group secara resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Medco Group terkait kesepakatan pengelolaan hutan mineral seluas 180.000 hektar di Papua.

Direktur Utama PT Melchor Tiara Pratama (Melchor Group) Rudi Poespoprodjo mengatakan, penandatanganan kesepakatan tersebut sejalan dengan telah dikeluarkannya Perpres 98 tahun 2021 yang diteken Presiden dan diundangkan pada 29 Oktober 2021 tentang penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon dan penetapan Capaian Target Kontribusi Nasional dalam pengendalian emisi gas rumah kaca.

"Nantinya hutan mineral tersebut akan diverifikasi kemampuan serapan karbonnya," ujarnya di sela-sela penandatanganan bersama Hilmi Panigoro sebagai pimpinan Medco Group.

Selain itu juga akan dilakukan penelitian teknis dengan membuat Studi Uji Kelayakan sesuai standar internasional, dan juga melalui pendanaan ekonomi baru secara digital melalui teknologi ROXI yang sedang dalam tahap penyelesaian di dalam Group perusahaan Melchor.

Dia menjelaskan, teknologi ROXI berbasis teknologi blockchain. Dengan demikian, perhitungan potensi karbon tersebut akan menjadi salah satu yang pertama di Indonesia bahkan di dunia karena teknologi tersebut berbasis aset yang ada nilainya.

Adapun penandatanganan tersebut disaksikan oleh Arifin Panigoro, pendiri Medco Group, dan Peter Gontha sebagai pendiri Melchor Group. Kedua pihak bersama-sama ingin mewujudkan komitmen Indonesia yang telah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di depan para pimpinan dunia pada konferensi iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia.

Arifin Panigoro menuturkan pihaknya merasa terpanggil untuk ikut terlibat dalam mewujudkan komitmen pemerintah tersebut dalam melestarikan alam dan lingkungan.

"Kita sebagai kalangan swasta terpanggil untuk ikut serta melihat capaian pemerintah Indonesia yang telah berhasil dan sangat sukses melestarikan alam dan lingkungan selama periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Bahkan Pak Jokowi sendiri sampai terjun langsung dalam penanaman bakau dan gambut," ujar Arifin.

Dengan luasnya lahan hutan di Indonesia, serta lahan bakau, dan gambut terbesar di dunia yang bisa mencapai 70-120 juta hektar, kata dia, maka inisiatif pihaknya hanya merupakan bagian kecil dari aktivitas yang harus dikerjakan untuk memenuhi komitmen Presiden kepada dunia, terutama dalam pengentasan kemiskinan.

"Kita mengharapkan banyak lagi perusahaan lain yang akan memulai inisiatif yang sama," lanjut Arifin.

Arifin menambahkan seluruh aktivitas ini tentunya akan memerlukan pendanaan yang tidak kecil untuk memenuhi ketentuan yang dapat diterima oleh industri besar berskala internasional yang diwajibkan secara mandatory melakukan offset emisi karbonnya sesuai kesepakatan COP.

Sebagai informasi, Melchor Group telah memulai inisiatif pembicaraan dengan verifikator dan organisasi internasional nirlaba terkenal seperti Verra, yang berlokasi di Washington, dengan Gold Standard, serta dengan KPMG tanpa mengesampingkan ketentuan Standar Nasional Indonesia seperti yang selalu diamanatkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya Bakar.

Di sisi lain Kementerian LHK mengharapkan bahwa segalanya harus dapat terwujud dengan tatanan yang baik, legal, serta keikutsertaan masyarakat adat dan penduduk di sekitar lingkungan hutan tersebut.

Sementara itu, Rudi Poespoprodjo menambahkan, Melchor Group melakukan kegiatan-kegiatan restorasi dan penyerapan karbon melalui salah satu anak usahanya, PT Muller Karbon Kapital (MKK), pada lahan konsesi milik MKK.

Sebagai induk perusahaan, Melchor Group juga mengembangkan teknologi perhitungan serapan karbon (CO2) melalui PT Jejak Enviro Teknologi (Jejak.in) yang dikembangkan oleh putra-putri bangsa Indonesia. Ini merupakan teknologi pertama yang dikembangkan di Indonesia bahkan di dunia dengan memiliki basis data sekitar 15.700 jenis flora dan beribu jenis fauna.

Adapun PT Rantai Oxygen Indonesia (ROXI), anak perusahaan lain Melchor Group, membangun sistem pendanaan terintegrasi dan juga pencatatan sertifikasi serapan karbon dari lahan hutan, mangrove, maupun gambut, dengan mekanisme berbasis blockchain.

"Melchor Group bersama Medco Group menegaskan komitmen untuk mewujudkan sinergi baru dalam upaya Indonesia menghadapi perubahan iklim," ujar Rudi.

(osc)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK