Punya Utang, AP I Incar Tambahan Dana Rp3,8 T dari Restrukturisasi

CNN Indonesia
Senin, 06 Des 2021 10:30 WIB
PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I melakukan program restrukturisasi operasional dan finansial untuk memperbaiki kinerja.
PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I melakukan program restrukturisasi operasional dan finansial untuk memperbaiki kinerja. Ilustrasi. (Antara Foto/Ahmad Subaidi).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I menargetkan tambahan dana sebesar Rp3,8 triliun dari program restrukturisasi operasional dan finansial perusahaan. Manajemen juga menargetkan efisiensi biaya sebesar Rp704 miliar dan penggalangan dana (fundraising) Rp3,5 triliun.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan pihaknya menargetkan program restrukturisasi operasional dan finansial rampung pada Januari 2022 mendatang.

Beberapa upaya yang akan dilakukan, seperti asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi, serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan, terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fundraising," ungkap Faik dalam keterangan resmi yang dikeluarkan Minggu (5/12).

Selain itu, Faik mengatakan perusahaan menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Bandara Lombok Praya, pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bal, serta mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) dan eks Bandara Selaparang Lombok. Hal itu dilakukan untuk mendorong pendapatan perusahaan.

"Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap," jelas Faik.

Ia mengakui kinerja AP I tertekan beberapa waktu terakhir karena pandemi covid-19. Trafik penumpang di bandara milik AP I turun drastis sejak Maret 2020.

Sebagai gambaran, pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang. Namun, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang pada 2020.

"Pada 2021 ini diprediksi hanya mencapai 25 juta penumpang," imbuh Faik.

Lebih lanjut ia mengatakan pandemi covid-19 melanda saat AP I melakukan pengembangan beberapa bandara yang berada dalam kondisi lack of capacity (kekurangan kapasitas).

Beberapa contohnya, seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp2,3 triliun, Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp2,03 triliun, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp2,6 triliun.

Lalu, Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, dan Bandara El Tari Kupang. Semua pengembangan itu menggunakan dana internal perusahaan, kredit sindikasi perbankan, dan obligasi.

"Hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga konektivitas udara tanah air tetap terbuka serta mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik," terang Faik.

Sementara, pendapatan perusahaan jeblok dari Rp8,6 triliun pada 2019 menjadi hanya Rp3,9 triliun. Faik memprediksi pendapatan tahun ini kembali turun karena jumlah penumpang hanya mencapai 25 juta orang,

"Dengan situasi trafik yang menurun dan tekanan keuangan, AP I harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara," jelas Faik.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan AP I memiliki utang hingga Rp35 triliun. Hal ini lantaran trafik di bandara milik AP I menurun.

Tiko, sapaan akrabnya, mengatakan AP I bahkan merugi Rp200 miliar setiap bulan. Jika keadaan tak kunjung membaik, ia memperkirakan utang AP I naik menjadi Rp38 triliun.

"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka sekarang mencapai Rp35 triliun dan kalau kami rate, loss bulanan mereka Rp200 miliar dan setelah pandemi utang bisa mencapai Rp38 triliun," kata Tiko pada Kamis (2/12) lalu.

[Gambas:Video CNN]

(aud/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER