Mempertahankan bisnis di tengah situasi pandemi Covid-19 tak semudah teori membalikkan telapak tangan. Banyak perjuangan dan pengorbanan yang mesti dilakukan untuk bertahan.
Seperti yang dilakoni Agung Dwi Kurnianto (31) bersama empat temannya lewat Revolt Industry. Pandemi Covid-19 sempat menjadi pukulan bagi Agung cs dalam mempertahankan Revolt Industry yang bergerak di bisnis fesyen ini.
Selain omzet penjualan yang anjlok hingga 80 persen, Agung dan teman-teman juga harus memeras otak bagaimana caranya agar 40 karyawannya tak hengkang dari Revolt Industry.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memutar otak agar minimal biaya operasional bisa ter-cover dan pengurangan karyawan tidak perlu dilakukan. Pertahanan paling baik adalah dengan menyerang," ujar Agung.
Revolt Industry akhirnya keluar 'menyerang' dengan membuka gallery store pertama selama tujuh tahun terakhir. Agung bersama empat temannya juga terus berinovasi melalui desain produk, membangun mental manusia-manusia di dalamnya hingga kampanye seperti 'Play Role Campaign' untuk mengajak masyarakat membantu pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi dengan memakai produk lokal.
"Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi, tidak melulu menyalahkan keadaan, tapi apa yang dapat kita lakukan untuk diri sendiri maupun sekitar. 10 persen hasil penjualan kami donasikan ke yayasan dan turut serta dalam aksi di Surabaya dan sekitarnya untuk membantu masyarakat yang kelaparan," tambah Agung.
Agung tak memungkiri peran penting Tokopedia di masa pandemi. Menurutnya, platform digital seperti Tokopedia menjadi harapan Revolt Industry untuk bertahan di masa-masa serba sulit ini.
"Tokopedia sangat memudahkan mengelola bisnis. Hanya dari depan laptop, kita bisa mendekorasi toko, mengatur buka tutup toko, stok, hingga menganalisis pasar," ujarnya.
![]() |
Agung bercerita, bisnis ini dia mulai ketika lulus kuliah. Awalnya dia memulai bisnis kerajinan kulit seperti dompet dan tas dari garasi kecil.
"Bermodal nekat, kami berlima autodidak belajar menjahit, me-manage tim, bisnis dan keuangan. Semua dari internet," jelas Agung.
Sampai akhirnya pada pertengahan 2014, Revolt Industry resmi berdiri. Ada filosofi di balik Revolt Industry sebagai nama yang mereka pilih.
"Revolt bisa diartikan perjuangan, perlawanan atau pemberontakan untuk bangkit, sedangkan kata Industry melambangkan sesuatu yang terus bergerak," kata Agung.
Dengan filosofi itu, Revolt Industry bertujuan mengangkat produk-produk lokal untuk terus maju. Mengingat UMKM-UMKM lokal adalah motor penggerak perekonomian bangsa.
"Bisnis kami adalah perjuangan tanpa henti untuk mengangkat produk lokal agar kita bisa bangkit bersama karena UMKM lokal adalah penggerak ekonomi nasional," tambah Agung.
Revolt Industry sendiri pertama kali memasarkan produk lewat sebuah event di Surabaya. Penjualan mereka meledak usai mengikuti event tersebut.
Berkat proses pembuatan produk-produk fesyen 100 persen menggunakan tangan, Revolt Industry juga berhasil merambah mancanegara. Apalagi, produk-produk Revolt Industry juga menggunakan bahan-bahan lokal, salah satunya kulit sapi.
Namun di akhir tahun 2014 itu sempat terjadi hal tak terduga yang membuat Agung dkk memulai dari nol lagi. Tepatnya ketika kebakaran hebat meludeskan tempat usaha mereka hanya dalam 15 menit.
"Akhirnya kami mulai lagi dari nol, bahkan dapat dibilang minus. Langkah awal dengan sewa kontrakan. Sempat mengalami kebanjiran, perampokan dan masih banyak tantangan lain, tetapi selama masih ada harapan, kami tetap melanjutkan perjuangan," ujar Agung.
(osc)