Kita mungkin berpikir pimpinan dari divisi roda dua dan logistik dari Grab Indonesia yang sehari-harinya harus mengurus ratusan ribu pengemudi, berkutat dengan kendaraan bermotor dan berjuang di jalanan, adalah seorang pria. Namun adalah Tyas Widyastuti,, yang mematahkan asumsi konvensional ini, dengan perannya sebagai Director of 2-Wheels & Logistics Grab Indonesia.
Menurut Tyas, perempuan bisa menjadi girl boss di bidang apapun, bahkan transportasi dan logistik yang identik dengan dunia maskulin, dengan bekal profesionalitas dan rasa percaya diri dalam memimpin tim mencapai tujuan bersama.
"Saya justru melihat bahwa perempuan membawa nilai lebih di dunia kerja, yaitu rasa empati yang tinggi. Ini sangat membantu dalam memahami kebutuhan para mitra dan konsumen, serta membangun hubungan lebih mendalam dengan mereka," tutur Tyas seraya tersenyum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai direktur, Tyas memimpin unit bisnis roda dua dan logistik. Ia mengatur dan menerapkan strategi untuk mendorong berbagai layanan Grab yang berhubungan dengan sepeda motor, seperti GrabBike, dan pengiriman barang, seperti GrabExpress.
Ia menambahkan bahwa perempuan menyumbang keragaman cara pandang ke suatu tim. Tyas sendiri memimpin tim yang terdiri dari orang-orang dengan beragam latar belakang, termasuk pendidikan, yang menjadi sumber tercetusnya ide dan inovasi.
"Saya merasa terhormat bisa bekerja bersama tim saya, di mana setiap anggota memiliki keunggulan masing-masing. Namun dipersatukan oleh passion dalam mengejar tujuan yang sama, yaitu menghadirkan layanan terbaik bagi mitra pengemudi dan konsumen Grab," kata Tyas.
Tyas tidak menampik bahwa untuk menjadi girl boss, perempuan harus bekerja lebih untuk membuktikan kemampuannya. Bagi Tyas, bekerja secara profesional adalah cara paling jitu untuk memenangkan kepercayaan orang.
"Salah satu cara untuk menunjukkan profesionalisme adalah dengan menjadi asertif dalam mengutarakan pendapat. Selain itu, menyajikan fakta agar kita dapat mengambil keputusan dan bertindak secara objektif, bukan berdasarkan perasaan," ungkap Tyas.
Kepiawaian Tyas dalam memimpin tim yang berdedikasi tinggi untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen, telah membuahkan hasil. Di tengah pandemi COVID-19, Grab terus mengembangkan layanan dan solusinya, bahkan membuat gebrakan dengan meluncurkan GrabJastip sebagai layanan asisten belanja dimana konsumen dapat memesan produk rumah tangga yang kemudian akan dicarikan dan dikirimkan oleh mitra pengemudi. Tyas menjelaskan bahwa GrabJastip melengkapi layanan GrabMart, yaitu layanan belanja untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi mitra pengemudi, GrabJastip dan GrabMart membuka celah penghasilan baru.
"Konsumen bisa menggunakan GrabJastip untuk meminta mitra pengemudi berbelanja barang yang belum terdaftar di GrabMart, misalnya tatakan kue. Sedangkan di GrabMart, kami bekerja sama dengan mitra merchant, termasuk pedagang di pasar tradisional, yang sudah membuka toko di platform," paparnya.
Selain itu, Grab bekerjasama dengan pemerintah sebagai mitra logistik untuk pengiriman dokumen yang cepat dan aman, serta dengan Palang Merah Indonesia (PMI), di mana Grab membantu mengantarkan kantong darah.
![]() |
Sebelum bergabung di Grab, Tyas pernah menjabat sebagai brand manager dan konsultan bisnis. Lulusan Emory University di Amerika Serikat ini akhirnya bergabung dengan Grab di 2018 karena melihat ada kesamaan visi dengan perusahaan, yakni 4H atau heart, honour, humility, dan hunger.
"Pada saat mencari tempat pekerjaan itu, saya akan melihat perusahaan mana yang value-nya sama dengan saya. Saat ngobrol-ngobrol dengan beberapa orang di Grab, salah satunya Hooi Ling Tan (co-founder Grab), saya menemukan adanya kesamaan budaya dan value," kata Tyas dalam obrolan bersama CNNIndonesia, beberapa waktu lalu.
Obrolan dengan Hooi Ling itu membuat Tyas terkesan, khususnya ketika Hooi Ling mengatakan bahwa manusia wajar melakukan kesalahan, dimana yang terpenting adalah belajar dari kesalahan agar tidak mengulanginya.
"Yang paling ngena adalah humility. Saya pikir wah, beliau adalah seorang leader perempuan yang sangat humble. Saya ingin mengasosiasikan diri saya dengan sikap yang serupa," ujarnya.
Dia mengaku, perbedaan gender tidak jadi masalah di Grab Indonesia. Hal itu terlihat dari kehadiran perempuan-perempuan yang menduduki sejumlah posisi vital di perusahaan, mulai dari country managing director hingga jajaran direksi lainnya. Menurut Tyas, Grab merupakan tempatnya perempuan Indonesia unjuk gigi sebagai pemimpin bisnis.
Tyas menyebutkan bahwa Grab memiliki kebijakan perusahaan yang mendorong semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, untuk saling menghormati dan menjaga satu sama lain. Salah satu kebijakan perusahaan yang baik adalah ketentuan cuti melahirkan (maternity leave) selama 4 bulan untuk perempuan, dan 15 hari untuk laki-laki (paternity leave).
"Tempat kerja kami juga punya kebijakan yaitu lingkungan kerja yang aman dan terhormat, atau safe and respectful workplace. Kami semua diberikan pelatihan mengenai cara bekerja bersama secara sehat dan juga diberikan pemahaman bahwa Grab tidak mentoleransi bentuk kekerasan apapun terhadap perempuan dan laki-laki," katanya.
Saat bekerja, Tyas selalu mengingat nasehat sang ayah yang turut membentuk pemikiran dan karakter kepemimpinannya. Saat Tyas memulai karir selepas kuliah dan menghadapi banyak tantangan di pekerjaan, ayahnya memberi petuah yang sangat bermakna bagi Tyas.
"Pas saya mengeluh, Bapak bilang bahwa saya beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk bertemu pimpinan atau melihat lingkungan kerja yang kurang cocok. Pada saat nanti saya memimpin atau membentuk lingkungan kerja sendiri, saya jadi tahu apa yang baik dan tidak baik untuk dilakukan," ujar Tyas.
Perkataan itu terserap ke dalam pikiran Tyas, yang lantas sungguh-sungguh menerapkannya dalam perjalanan kariernya di Grab. Tak sia-sia, kini Tyas bisa berbangga atas pencapaiannya mempersatukan tim dua roda dan logistik.
(osc)