Ahli Proyeksi Harga Pangan Makin Mahal Tahun Depan

CNN Indonesia
Rabu, 29 Des 2021 13:30 WIB
Analis Komoditas Pertanian Rabobank Michael Magdovitz memproyeksi harga pangan tambah mahal pada 2022 karena cuaca buruk dan harga pupuk tinggi.
Analis Komoditas Pertanian Rabobank Michael Magdovitz memproyeksi harga pangan tambah mahal pada 2022 karena cuaca buruk dan harga pupuk tinggi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Analis Komoditas Pertanian di Rabobank Michael Magdovitz memperkirakan harga pangan semakin mahal tahun depan. Hal itu terjadi di tengah biaya pengiriman mahal, harga pupuk yang tinggi, dan cuaca buruk.

Ia memproyeksi harga pangan tetap tinggi tahun depan meski inflasi di sejumlah negara turun.

"Kami memperkirakan harga akan tetap pada level yang tinggi," ucap Magdovitz, dikutip dari CNN Business, Rabu (29/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan indeks harga pangan Food and Agriculture Organization (FAO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) naik ke level tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Pandemi membuat harga pangan meningkat tajam.

Hal ini bertepatan dengan permintaan yang sedang tinggi-tingginya, terutama di China. Cuaca ekstrem, termasuk kekeringan dan banjir, membuat situasi kian buruk.

Dalam laporan akhir tahun Rabobank disebutkan harga komoditas pertanian naik sekitar 28 persen dalam setahun terakhir atau 40 persen jika dibandingkan pada masa pra pandemi.

Sementara, data dari penyedia data pasar finansial dan infrastruktur global, Refinitiv, mencatat harga jagung naik sekitar 28 persen sejak awal 2021. Gandum melonjak 24 persen dan kopi meroket lebih dari 80 persen.

Menurut Magdovitz, faktor utama kenaikan harga pangan karena sebelum pandemi konsumen membeli banyak produk pertanian berdasarkan kebutuhan. Namun, ketika pandemi melanda, mereka menyesal karena tidak menambah stok.

Ia mengatakan kalau pun saat ini ada sedikit penurunan harga, konsumen akan kembali menyerbu produk pertanian untuk persediaan. Oleh karena itu, harga pangan menurutnya akan tetap tinggi.

Di sisi lain, produsen atau petani tak bisa serta merta menambah pasokan. Sebab, kondisi lahan pun tidak begitu subur karena cuaca ekstrem.

Di samping itu, perusahaan makanan juga menghadapi sejumlah masalah, mulai dari harga kemasan yang mahal, biaya distribusi tinggi, dan upah pekerja yang naik.

Permasalahan tersebut ikut memberikan sumbangsih kepada kenaikan harga pangan. Magdovitz memprediksi masalah itu baru mereda dalam 12 bulan ke depan.

[Gambas:Video CNN]

(mrh/aud)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER