PT Pertamina International Shipping (PIS) menyiapkan investasi US$1,5 miliar hingga US$1,6 miliar atau setara Rp21,38 triliun hingga Rp22,81 triliun (kurs Rp14.256 per dolar AS) untuk pengembangan bisnis perusahaan hingga 2030.
Chief Executives Officer (CEO) PIS Erry Widiastono mengatakan kebutuhan investasi tersebut sejalan dengan kondisi kebutuhan energi nasional serta global yang menekankan faktor lingkungan dan transisi energi.
"PIS akan mengantisipasi perkembangan ke depan untuk arah bisnis perkapalan, pada kapal-kapal yang lebih green. Misalnya kapal-kapal untuk pengangkutan gas seperti LPG, LNG, dan lainnya. Nantinya kami akan lihat juga perkembangan lebih lanjut di sektor renewable energy," ujar Erry melalui keterangan resmi, Rabu (29/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan sebagai Subholding Integrated Marine Logistics dari PT Pertamina (Persero), PIS memiliki peluang menjadi jembatan transisi energi.
Menurutnya, kehadiran energi baru dan terbarukan (EBT) merupakan keniscayaan. Namun, kebutuhan akan energi yang berbasis hidrokarbon masih terus ada selama masa transisi.
Kebutuhan energi yang masih besar ini tercermin dari kondisi ekonomi, baik nasional maupun global yang sedang dalam masa pemulihan dan berpotensi tumbuh.
"Kami harapkan usai pandemi ini akan bergerak tumbuh, dan ketika tumbuh analisis kami ada juga pertumbuhan konsumsi energi dan berujung ke kebutuhan energi nasional maupun regional," jelas Erry.
Lihat Juga : |
Ia juga mengatakan PIS tidak hanya melayani jasa pengangkutan untuk komoditas energi seperti crude oil, BBM, dan gas. Namun, PIS juga memiliki bisnis perkapalan untuk komoditas non energi.
Oleh karena itu, Erry optimis seiring dengan pulihnya ekonomi dunia maka permintaan dan perputaran logistik secara global juga akan ada kenaikan.
Lebih lanjut, Erry menyebut komitmen PIS terhadap lingkungan juga diwujudkan dengan roadmap green integrated marine logistics company yang mengarah ke energi hijau.
"Ke depan, bisnis juga lebih mengarah ke green cargo seperti cargo gas. Di sisi bunkering atau fuel juga mengarah kepada fuel yang lebih green seperti LNG dan LPG. Terminal juga mengarah ke green energy, storage juga. Jadi kami memang mengarah ke green energy," imbuhnya.
Senada, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan menyebut potensi bisnis dan investasi maritim serta logistik di Indonesia sangat besar di tahun depan.
"Ada optimisme yang bisa memandu kita menjalani tahun depan lebih baik," jelasnya.
Menurutnya, optimisme tersebut tercermin dari target investasi nasional yang dinaikkan dari Rp900 triliun di 2021 menjadi Rp1.200 triliun di 2022.
Meski proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan turun dari level 5 persen ke 4 persen, menurutnya, secara nasional justru ada kenaikan pertumbuhan ekonomi dari 4 persen ke 5 persen.
"Indonesia akan dapat berkah dari tingginya harga komoditas di pasar energi dunia dan ini akan berimbas ke industri shipping," tandasnya.