IKEA Potong Gaji Staf yang Belum Vaksin Covid-19

CNN Indonesia
Selasa, 11 Jan 2022 14:03 WIB
IKEA memotong gaji staf di Inggris yang belum divaksin dan menjalani isolasi mandiri karena terpapar covid-19. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Produsen furnitur asal Swedia IKEA memotong gaji staf di Inggris yang belum divaksin dan terpaksa melakukan isolasi mandiri setelah terpapar covid-19.

Dengan kebijakan baru tersebut, karyawan yang terpapar covid-19 dan belum divaksin hanya mendapat bayaran 96,35 poundsterling atau sekitar Rp1,87 juta per minggu sesuai minimum Statutory Sick Pay (SSP).

Sebagai perbandingan, gaji mingguan untuk pekerja IKEA adalah 400 poundsterling atau sekitar Rp7,7 juta hingga 450 poundsterling atau sekitar Rp8,7 juta.

Meski demikian, IKEA yang mempekerjakan lebih dari 10 ribu karyawan di Inggris itu mengatakan karyawan yang sudah divaksinasi atau tidak divaksinasi karena alasan medis, tetap menerima gaji penuh meski absen karena positif covid-19.

"Kami menghargai bahwa ini adalah topik yang emosional dan semua keadaan akan dipertimbangkan berdasarkan kasus per kasus," ujar juru bicara perusahaan seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (11/1).

Di Inggris, karyawan yang absen karena terpapar covid-19 terus berlipat ganda dalam seminggu terakhir. Selain IKEA beberapa perusahaan lain juga telah mewajibkan karyawan untuk divaksin.

Di negara itu juga orang yang divaksinasi dengan setidaknya dua dosis tidak perlu mengisolasi diri jika melakukan kontak dekat dengan seseorang yang tertular covid-19.

Sementara itu, orang-orang yang belum divaksinasi akan dihubungi melalui sistem uji dan lacak pemerintah harus diisolasi sesuai hukum.

Di beberapa negara lain, seperti di Amerika Serikat (AS), perusahaan menekankan agar karyawan wajib sudah divaksin atau ia harus membayar denda.

Bahkan, di sejumlah perusahaan seperti United Airlines, Google, dan Citigroup, karyawan yang belum divaksin harus kehilangan pekerjaan mereka.

Meski kebijakan vaksin terhadap karyawan tersebut semakin meluas di sejumlah negara, pakar ketenagakerjaan berpendapat kebijakan "tidak ada vaksin, tidak ada pekerjaan" akan sulit diterapkan oleh perusahaan di Inggris. Pasalnya, perlindungan pekerja dan diskriminasi di negara itu lebih kuat.



(mrh/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK