Harga Minyak Dunia Landai Usai Investor Profit Taking

CNN Indonesia
Jumat, 14 Jan 2022 08:20 WIB
Harga minyak dunia melorot usai investor profit taking (ambil untung) di tengah kekhawatiran rencana kenaikan suku bunga AS.
Harga minyak dunia melorot usai investor profit taking (ambil untung) di tengah kekhawatiran rencana kenaikan suku bunga AS. Ilustrasi. (Dok. Pertamina).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak mentah dunia menurun tipis pada Kamis (13/1) waktu AS, karena investor melakukan aksi profit taking (ambil untung) setelah kenaikan harga minyak dua hari terakhir. Soalnya, investor khawatir dengan rencana kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 52 sen atau 0,6 persen ke level US$82,12 per barel setelah naik 5,6 persen dua hari sebelumnya.

Sementara, harga minyak mentah berjangka Brent turun 20 sen atau 0,2 persen menjadi US$84,47 per barel setelah mendaki 4,7 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"The Fed (bank sentral AS) mungkin perlu menaikkan suku bunga empat kali pada tahun ini jika inflasi AS tidak cepat membaik," ungkap Gubernur Fed Chicago Charles Evans, mengutip Antara, Jumat (14/1).

Bahkan, ia meyakini jika inflasi terus-terusan tinggi dalam jangka waktu lama, maka bukan tidak mungkin The Fed mempercepat kebijakan pengetatan moneternya.

Mitra Again Capital Management New York John Kilduff menuturkan data inflasi harga produsen AS pada bulan lalu memberi tekanan bagi The Fed untuk mengendalikan ekonomi. "Yang berpotensi menjadi hambatan pada harga minyak mentah dan mendukung penguatan dolar AS," jelasnya.

Sebab, ia melanjutkan harga minyak biasanya bergerak terbalik terhadap dolar AS, di mana dolar AS yang gagah perkasa akan membuat harga komoditas menjadi lebih mahal.

Di sisi lain, ia mengingatkan kenaikan data klaim pengangguran AS yang segera dirilis juga bisa melemahkan permintaan terhadap bahan bakar minyak (BBM).

Administrasi Informasi Energi (EIA) menyebutkan bahwa persediaan minyak mentah turun lebih dari yang diperkirakan akibat kenaikan kasus omicron, varian baru covid-19.

"Kenyataannya, laporan mingguan EIA kurang tinggi dari perkiraan, karena total persediaan minyak mentah turun 4,8 juta barel," imbuh Analis Citibank.

Penurunan persediaan minyak, sambung dia, mungkin juga terkait dengan masalah pajak akhir tahun pada stok minyak di Texas dan Louisiana.

Namun demikian, analis lainnya percaya diri harga minyak masih akan menanjak. Analis JPMorgan, misalnya, memperkirakan harga minyak mentah bisa di atas US$90 per barel. Bahkan, menyentuh US$125 per barel.

[Gambas:Video CNN]



(bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER