Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menceritakan banyak tenaga kerja indonesia (TKI) atau pekerja migran Indonesia (PMI) yang menjadi korban renternir demi bisa bekerja di luar negeri.
Menurut dia, rata-rata uang yang dibutuhkan TKI untuk berangkat sebesar Rp30 juta. Usai meminjam uang dari renternir, mereka kembali ditawarkan pinjaman lewat koperasi yang bunganya mencapai 18 persen.
"Cerita riil di lapangan pekerja migran untuk bisa pergi keluar negeri mereka butuh Rp30 juta dan sebelumnya Rp30 juta mereka pinjam dari renternir," katanya pada acara BRI Microfinance Outlook 2022, Kamis (10/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyayangkan hal tersebut karena sebetulnya koperasi simpan pinjam (KSP) tersebut mendapat kredit usaha rakyat (KUR) 6 persen. "Mereka kena 2 (pinjaman) kali, mau berangkat kena, begitu sampai di negaranya kena lagi," ujar dia.
Oleh karena itu, ia menyebut pemerintah menggelontorkan program KUR dan Kredit Tanpa Agunan (KTA) lewat bank pelat merah. Lewat skema ini TKI bisa mendapat pinjaman hingga Rp100 juta dengan bunga 3 persen.
Pada kesempatan sama, Direktur Utama BRI Sunarso menyebut data riset pihaknya menunjukkan masih ada 5 juta warga yang mengandalkan renternir yang bunganya selangit. Bahkan, ia menyebut bunga renternir mencapai 100 persen-300 persen.
Sunarso menuturkan hal tersebut terjadi karena masih ada 45 juta masyarakat yang tak tersentuh lembaga pembiayaan formal. Tak ayal, mereka memilih meminjam dari renternir yang memberi pinjaman relatif mudah dan tanpa agunan.
Oleh karena itu, ia menyebut pihaknya bakal menggencarkan pinjaman ke populasi unbankable tersebut guna memperluas pinjaman berbunga rendah.
"5 juta orang mengandalkan renternir/loan shark, bunga jauh lebih tinggi, riset kami 100 persen-500 persen per tahun," tutup dia.