Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa optimistis Indonesia kembali menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas (upper middle income) pada tahun ini, setelah turun kelas menjadi kelas menengah ke bawah pada 2020 akibat pandemi covid-19.
Optimisme ini berasal dari proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 5,3 persen yang bisa tercapai bakal mengantar Indonesia kembali menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas.
Sejalan dengan target tersebut, ia menyebut bahwa pemerintah menargetkan 2023 menjadi tahun akselerasi ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"2022 ini kita berharap kembali ke upper middle income, sehingga 2023 menjadi penting sebagai titik percepatan untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi lebih lagi," katanya pada acara Diskusi Publik Forum Masyarakat Statistik bertajuk Pertumbuhan Ekonomi di Masa Pandemi, Senin (21/2).
Sebagai informasi, Bank Dunia mengkategorikan negara berpenghasilan menengah ke bawah dengan rentang pendapatan US$1.046-US$4.095, sedangkan kelompok penghasilan menengah ke atas US$4.096-US$12.695.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan per kapita RI pada tahun lalu sebesar Rp62,2 juta setara PDB US$4.349. Angka tersebut naik dari PDB 2020 sebesar US$3.934,5 atau pendapatan per kapita Rp57,3 juta.
Sebelum pandemi menghantam, pendapatan per kapita RI sempat berada pada level US$4.129,8 atau Rp59,3 juta, lebih rendah dari 2021 namun di atas 2019.
Akibat penurunan pendapatan pada 2020 tersebut, Bank Dunia RI pun menurunkan RI ke kelas negara berpenghasilan menengah ke bawah. Sedangkan status 2021 baru akan disampaikan pada Juli mendatang.
Perhitungan yang dilakukan Bank Dunia mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar mata uang, dan pertumbuhan populasi yang dipengaruhi oleh GNI per kapita.