Negara Raup Rp25,06 T dari Penjualan ORI021

CNN Indonesia
Selasa, 22 Feb 2022 01:26 WIB
DJPPR Kemenkeu mencatat negara meraup Rp25,06 triliun dari ORI021. Masa penawaran obligasi ritel ini berakhir pada 17 Februari lalu.
DJPPR Kemenkeu mencatat negara meraup Rp25,06 triliun dari ORI021. Masa penawaran obligasi ritel ini berakhir pada 17 Februari lalu. (CNNIndonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat negara meraup dana sebesar Rp25,06 triliun dari Obligasi Negara Ritel (ORI) atau ORI021. Masa penawaran ORI021 berakhir pada 17 Februari 2022.

Mengutip laman resmi DJPPR Kemenkeu, Senin (21/2), jumlah investor yang membeli ORI021 mencapai 56.238. Mayoritas dari mereka adalah investor baru.

"Pada penerbitan ORI021 kali ini, mencatat jumlah investor terbanyak sepanjang penerbitan SBN ritel yaitu 56.238 investor, di mana 25.405 (45,2 persen dari jumlah total investor) merupakan investor baru," ungkap DJPPR Kemenkeu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari segi umur, DJPPR Kemenkeu mencatat generasi milenial mendominasi investor dengan porsi sebesar 40,7 persen. Namun, secara nominal masih didominasi generasi X, yakni 37,2 persen.

Berdasarkan profesi, jumlah investor ORI021 didominasi pegawai swasta yang mencapai 31,9 persen. Hanya saja, jika dilihat secara nominal, maka investor yang berprofesi sebagai wiraswasta mendominasi dengan porsi 44,1 persen.

Dari segi gender, mayoritas investor ORI021 adalah perempuan. Jumlah ini menjadi porsi tertinggi sejak SUN ritel ditawarkan secara daring.

"Apabila ditilik berdasarkan profesi investor, ibu rumah tangga menduduki peringkat tiga besar investor ORI021," jelas DJPPR Kemenkeu.

Nantinya, pemerintah akan menggunakan dana dari penerbitan ORI021 ini untuk memenuhi target pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022, termasuk pemulihan dari pandemi covid-19.

ORI021 ditawarkan dengan kupon terendah sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel trade-able, yakni 4,9 persen. Hal ini dengan mempertimbangkan tingkat imbal hasil (yield) di pasar sekunder dan likuiditas di pasar yang cukup banyak.

[Gambas:Video CNN]



(aud/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER