ANALISIS

Perajin Tahu Tempe Terancam Gulung Tikar, Aksi Mogok Sia-sia

Wella Andany | CNN Indonesia
Kamis, 24 Feb 2022 08:25 WIB
Pengamat menilai perajin tahu tempe terancam gulung tikar jika pemerintah terus membiarkan harga kedelai melambung. (AFP/Juni Kriswanto).
Jakarta, CNN Indonesia --

Aksi mogok massal perajin tahu tempe selama tiga hari terakhir ibarat macan ompong. Alih-alih harga kedelai turun, mendapatkan perhatian dari pemerintah pun tidak. Perajin harus tergopoh-gopoh kembali memproduksi tahu dan tempe dengan ancaman gulung tikar sewaktu-waktu.

Perajin yang tergabung dalam Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI sempat menyambangi DPRD mengadukan nasib mereka. Sekjen Puskopti DKI Hedy Kuswanto mengaku tak tahan lagi dengan lonjakan harga kedelai yang mencapai Rp11.300 per kilogram.

Ketua Paguyuban Dadi Rukun Rasjadi pun sempat protes dengan menumpuk drum dan kerei, alat produksi tempe, di dekat sentra produksi tempe di Depok. "Kami protes atas kenaikan harga kedelai yang membuat kami tidak bisa memproduksi," imbuhnya awal pekan ini, Senin (21/2).

Namun, protes itu tidak juga bergema. Perajin sepertinya hanya bisa mengelus dada. Apalagi, pemerintah tengah sibuk mengurus minyak goreng yang semakin langka dan masih mahal. Pemerintah juga sibuk dengan perhelatan G20 dan rencana pemindahan ibu kota baru.

Satu-satunya jalan bagi perajin adalah menaikkan harga jual tahu dan tempe. Itu pun kalau konsumen tidak menahan diri makan tahu dan tempe, mengingat tekanan ekonomi di tengah pandemi. Wajar perajin seperti Slamet Riadi berpikir, "tak berani hitung-hitungan cuan. Untuk bertahan saja sudah untung," ungkapnya yang merupakan Anggota Kopti Jakpus, Rabu (23/2).

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi berjanji akan mengatur harga untuk menjinakkan pasar. Ia akan menjembatani perajin dan penjual dalam menentukan harga acuan tahu tempe. "Ini akan segera kami keluarkan (harga acuan). Mudah-mudahan bisa diselesaikan," janji Lutfi.

Pun demikian, Lutfi tetap menyalahkan kenaikan harga kedelai yang tinggi di pasar internasional. Ndilalahnya, lebih dari 80 persen kebutuhan kedelai dipasok dari impor.

Ekonom Indef Rusli Abdullah mengatakan dari kebutuhan kedelai tahun lalu sebanyak 2,5 juta ton, di antaranya 2,2 juta ton berasal dari impor. Maklumlah, iklim di Indonesia memang tak mendukung produksi kedelai.

Faktanya, kata Rusli, pemerintah tak berdaya menangani persoalan kedelai. "Pemerintah ngga bisa ngapa-ngapain. Terkunci, dilihat dari fakta kita impor itu sampai 91 persen," imbuh dia.

Ia melihat salah satu pilihan terbaik untuk saat ini adalah mendiversifikasi pasar impor kedelai dari negara selain AS, mengingat saat ini AS mengalami inflasi dan kenaikan biaya produksi.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan persoalan harga kedelai bisa mengancam perajin tahu tempe gulung tikar. "Potensi penurunan pembelian bisa menjadi sebab, kalau berlarut jadi gulung tikar ya bisa jadi," tutur dia.

Toh, kondisi perajin gulung tikar memang sudah terjadi sebelumnya. Tengoklah, data Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) sampai Februari 2022, dari total 160 ribu perajin tahu tempe, di antaranya 20 persen atau 30 ribu perajin berhenti produksi.

Kebanyakan perajin tahu tempe yang bangkrut adalah mereka yang berproduksi kecil-kecilan dari rumah dengan jumlah produksi 10 kg- 20 kg per hari.

Namun, Faisal mengakui intervensi tahu tempe tak semudah intervensi minyak goreng yang memang diproduksi sendiri di dalam negeri. Tahu tempe mengandalkan kedelai impor. "Kalau ketergantungan dengan impor terlalu tinggi, jadinya begitu ketika harga dari luar naik," ujarnya.



Kedelai Lokal Terlalu Murah


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :