Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi memprediksi neraca perdagangan RI terhadap China akan mengalami surplus di sepanjang tahun ini.
"Neraca dagang kita dengan Tiongkok di 2019 itu minus (defisit) US$17 miliar. Di 2021, perkiraan minus US$2 miliar dan tahun ini perkiraannya surplus," ujarDeputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Septian Hario Seto di acara Musyawarah Nasional APPBI yang mengangkat tema The Pandemic: Indonesia Mall Renaissance, Kamis (24/2).
Menurut Septian, ada beberapa faktor yang membuatnya optimis neraca dagang RI bakal surplus terhadap China. Yakni, kenaikan ekspor besi dan baja yang menembus US$20,9 miliar atau setara Rp300,6 triliun. Angkanya naik 20 kali lipat dibandingkan US$1,1 miliar pada 2014 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu jadi salah satu alasan juga kenapa ekspor kita tahun lalu mencapai rekor tertinggi sepanjang masa," terang dia.
Faktor lain, ia menyebut pembangunan industri mobil listrik di Indonesia. Ia percaya diri mengingat RI menjalin kerja sama dengan APL Logistics, rantai suplai nomor satu di dunia.
"Termasuk LG yang nomor dua, itu menjadi satu hal yang sangat exciting (menarik) karena Indonesia sudah mulai memposisikan dirinya dalam pengembangan mobil listrik," jelasnya.
Selain itu, Septian menambahkan stabilitas nilai rupiah terhadap mata uang asing yang terjaga bisa mendorong surplus neraca dagang RI dari China.
"Saya kira hanya ada sedikit negara di dunia yang bisa melakukan hal tersebut, punya transaksi perdagangan yang surplus dari China. Jadi, inilah salah satu hasil transformasi yang kita lakukan," tandasnya.