'Berlindung' dengan Emas Dkk di Balik Perang Rusia-Ukraina
Perang Rusia-Ukraina menciptakan gejolak di berbagai pasar komoditas dunia, tak terkecuali di Indonesia. Karena tingginya ketidakpastian dan lonjakan harga komoditas energi, investor pun mulai melirik aset aman (safe haven), seperti emas, untuk melindungi nilai aset mereka.
Logam mulia emas memang selalu menjadi pilihan favorit investor karena kepopuleran dan harga acuannya yang relatif lebih stabil. Namun, apa saja aset aman lainnya yang bisa dijadikan pilihan untuk menjaga nilai di tengah konflik yang masih bergulir tersebut?
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan instrumen valas, terutama mata uang dolar AS, franc Swiss, dan yen Jepang, dapat dilirik sebagai safe haven karena dominasi tiga alat tukar tersebut.
Selain itu, ia menyebut logam lain, seperti perak juga bisa digunakan sebagai instrumen pelindung aset. Layaknya emas, harga perak diproyeksikan ikut naik.
Di sisi lain, Ibrahim turut menyoroti kenaikan aset kripto, terutama bitcoin, yang malah merangkak naik di tengah invasi Rusia. Sebagai informasi, harga bitcoin sempat melompat ke atas US$40 ribu per keping pada awal Maret lalu dari posisi di akhir Februari di level US$37 ribuan per koin.
Ia menyebut kenaikan disebabkan oleh meningkatnya transaksi pasar kripto sebagai alternatif pembayaran oleh Rusia dan sekutunya, sepertu China dan Korea Utara. Hal tersebut lah yang membuat sanksi AS dan blok barat menjadi tak efektif untuk menekan Rusia.
"Pada saat Inggris, negara Eropa, AS memberi sanksi, bitcoin dipakai sebagai alat tukar dan bayar karena melalui blockchain tidak bisa diawasi bang sentral, sehingga embargo sanksi negara tersebut tidak ada artinya," jelas dia kepada CNNIndonesia.com, Senin (7/3).
Kendati naik harga, namun Ibrahim tak menyarankan melirik aset kripto sebagai safe haven karena tingginya volatilitas. Ia menjelaskan ketika konflik kedua negara selesai, bisa jadi harga bitcoin dan kripto lain malah anjlok.
"Bitcoin harus berhati-hati karena terlalu spekulatif belum bisa dijadikan safe haven," imbuhnya.
Sementara, Analis DCFX Futures Lukman Leong menyebut platinum dan obligasi Pemerintah AS bisa dijadikan opsi sebagai safe haven sementara. Ia menyebut obligasi Pemerintah AS masih menarik dilirik seiring dengan kokohnya nilai tukar AS saat ini dan diproyeksikan masih akan stabil atau bahkan naik harga ke depannya.
Selain dolar AS, ia menambahkan yen Jepang dan franc Swiss juga bisa dijadikan pilihan. Tapi, ia melihat dolar AS masih menjadi jawara untuk pilihan valas.
"Franc Swiss dan yen bisa juga cuma masih ada opportunity cost karena AS akan menaikkan suku bunga paling tidak 4-5 kali tahun ini jadi agak menekan penguatan yen dan Swis franc," imbuhnya.