Menguak Alasan Jerman-Hungaria Tolak Jatuhkan Sanksi ke Rusia

CNN Indonesia
Rabu, 09 Mar 2022 06:30 WIB
Jerman dan Hungaria memiliki ketergantungan tinggi atas pasokan energi dari Rusia. Atas dasar itulah mereka enggan ikut menjatuhkan sanksi ke Rusia.
Jerman dan Hungaria memiliki ketergantungan tinggi atas pasokan energi dari Rusia. Atas dasar itulah mereka enggan ikut menjatuhkan sanksi ke Rusia. Ilustrasi. (REUTERS/OLEKSANDR KLYMENKO).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Jerman dan Hungaria menolak memberikan sanksi pada sektor energi Rusia atas agresi militer yang mereka lakukan terhadap Ukraina. Hal ini disebabkan tingginya ketergantungan Jerman dan Hungaria pada pasokan minyak mentah dan gas dari Rusia.

Berdasarkan data Badan Energi Internasional (IEA) per November 2021, Jerman memang mengimpor 30 persen kebutuhan minyak mentahnya dari Rusia per hari.

Kalau dihitung total impor sebesar 835 ribu barel. Hungaria pun mengimpor sekitar 92 ribu barel atau 42 persen dari total pasokan minyak mentahnya per hari dari negara beruang merah tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan untuk gas, secara keseluruhan impor gas dari Rusia berkontribusi 32 persen dari total permintaan gas Uni Eropa dan Inggris di 2021 silam.

Sementara itu melansir Reuters Selasa (8/3), Rusia merupakan pemasok gas terbesar untuk Jerman. Berdasarkan informasi Kementerian Ekonomi Jerman, pada tahun kemarin, kontribusi pasokan gas mereka mencapai 38 persen dari total kebutuhan Jerman.

Pasokan batu bara dan gas Rusia juga bersama-sama menyumbang 43 persen dari produksi tenaga kotor Jerman tahun lalu.

Berdasarkan pernyataan resmi, sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan energinya pada Rusia, Jerman telah membeli LNG seharga 1,5 miliar euro atau Rp23,5 triliun (kurs Rp15.667 per euro) dari luar Rusia, meskipun Moskow telah memenuhi semua kewajiban pasokan yang dikontrak sejauh ini.

[Gambas:Video CNN]

Dalam sebuah surat kepada Trading Hub Europe, kementerian mengatakan bahwa ada kemungkinan Pemerintah Jerman akan membuat pemesanan lebih lanjut dalam jangka menengah hingga panjang.

Sedangkan, Hungaria memilih untuk menambah jumlah gas yang diimpor dari Rusia pada pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin akhir Januari lalu.

Hungaria menyetujui perjanjian pasokan gas jangka panjang baru dengan perusahaan raksasa energi Rusia Gazprom pada Agustus 2021.

"Saya ingin meningkatkan jumlah gas yang akan dikirim dari tingkat yang disepakati dalam kontrak gas Rusia-Hungaria," kata Orban lewat radio publik.

Perjanjian 15 tahun antara kedua negara tersebut berisi persetujuan dari Rusia untuk mengirim 4,5 miliar meter kubik gas alam per tahun ke Hungaria pada rute menghindari Ukraina. Perjanjian ini mulai berlaku Oktober 2021 dengan opsi untuk mengubah jumlah yang dibeli setelah 10 tahun.

Pasokan gas di Hungaria terisi sebanyak 43 persen, berdasarkan data Otoritas Pengatur Utilitas dan Energi (MEKH) per 15 Januari. Jika angkat tersebut dikombinasikan dengan impor maka dapat memenuhi 90 persen dari sisa kebutuhan gas musim dingin yang diharapkan Hungaria.

Orban juga sempat mengatakan rencana membahas keamanan Eropa dengan Putin, menambahkan bahwa Hongaria tertarik pada resolusi damai untuk kebuntuan Ukraina.

Sebagai informasi, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengungkapkan Eropa tidak dapat mengamankan pasokan energinya tanpa impor dari Rusia.

Menurit Scholz, energi sengaja dikeluarkan dari putaran sanksi sebelumnya. Ia menambahkan energi dari Rusia "penting" untuk kehidupan sehari-hari warganya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Hungaria Mihaly Varga mengatakan pemerintahnya tidak akan mendukung sanksi apapun terhadap energi Rusia.

Dalam sebuah video Facebook, Mihaly berbicara tentang kerusakan substansial sanksi Rusia terhadap perekonomian negaranya.

Mihaly mengungkapkan Uni Eropa bergantung pada Rusia untuk 40 persen kebutuhan gas dan sekitar 27 persen untuk minyak.

(tdh/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER