Harga Murah, Minyak Goreng Curah Masih Langka di Bandung
Minyak goreng curah di Kota Bandung, Jawa Barat masih sulit diperoleh di pasar tradisional pada Senin (23/3). Padahal, pemerintah sudah menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) ke Rp14 ribu per liter dan menjanjikan subsidi sejak Rabu (16/3) lalu.
Sebagai catatan, meski HET naik, harganya masih lebih murah dari rata-rata harga minyak curah di pasaran yang dilaporkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Rp18.950 per liter.
Kondisi ini salah satunya dirasakan pedagang minyak goreng di Pasar Kosambi. Menurut salah seorang pedagang Dedi (60) sudah beberapa hari ini pasokan minyak goreng curah pasokannya tersendat.
"Sudah tiga hari minyak goreng curah sulit didapatkan. Di beberapa grosir, stok minyak curah enggak ada," katanya, Senin (21/3).
Dedi mengatakan harga minyak goreng curah sebetulnya belum ada kenaikan. Di tingkat grosir, harga minyak goreng tersebut dijual Rp10.500 per liter.
Namun, stok minyak goreng di tingkat grosir masih belum tersedia. Imbasnya, pedagang pun tidak bisa berjualan.
"Minyak curah tidak ada barangnya. Kami pedagang kecil tergantung stok, kalau barang di grosir ada kami jual," tuturnya.
Di sisi lain, Dedi enggan menjual minyak goreng premium. Sebab, setelah subsidi dicabut, harga minyak goreng kemasan saat ini melambung tinggi.
"Bagaimana mau jualan harganya sampai Rp50 ribuan, itu berapa mau jual ke pembeli," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Elly Wasliah mengaku terus berupaya menyediakan stok minyak goreng curah dengan cara operasi pasar di pasar tradisional. Kali ini, Disdagin menyasar Pasar Ciwastra dalam pendistribusian minyak goreng curah.
"Karena Kota Bandung ini sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat dengan 37 pasar, maka kami mohon ini operasi pasar bukan yang terakhir dan kita akan terus berjuang," katanya.
Lihat Juga :INFO HARGA PANGAN Minyak Goreng dan Cabai Rajai Lompatan Harga Pangan Sepekan |
Elly menuturkan, penjualan minyak goreng curah dengan harga HET sangat dinantikan konsumen khususnya pedagang kecil. Contohnya, pedagang gorengan atau penjualan makanan rumahan yang butuh minyak goreng untuk memasak.
"Sekarang pedagang gorengan saja bisa butuh sampai enam kilogram per hari. Ada juga pedagang lain yang usaha mikro itu butuh yang lebih murah," ucapnya.