Pedagang Minyak Goreng Ogah Diwawancara: Capek, Nggak Ada Perubahan

CNN Indonesia
Selasa, 22 Mar 2022 14:43 WIB
Pedagang emoh diwawancarai soal minyak goreng dengan alasan keluhan mereka tak membuahkan hasil dan tanpa perubahan.
Pedagang emoh diwawancarai soal minyak goreng dengan alasan keluhan mereka tak membuahkan hasil dan tanpa perubahan. (CNN Indonesia/Fiqih Rusdy Zulkarnain).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pedagang sembako di sebuah pasar tradisional mengaku emoh saat ingin diwawancarai mengenai kelangkaan dan harga minyak goreng yang mahal. Pedagang tersebut mengaku capek dengan ketidakstabilan harga minyak goreng yang tak berujung.

"Dari tadi ada saja yang liput, saya lagi sibuk, bukannya gak mau. Capek juga lagian diwawancarai terus gak ada perubahan," tutur seorang pedagang sembako di Pasar Jaya Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (22/3).

Pedagang tersebut bersama dengan beberapa pekerjanya memang sedang mengerjakan sesuatu. Terlebih, mereka juga tidak hanya mengurusi minyak goreng, tetapi juga bahan pokok lain. Sehingga, dia merasa tidak memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan yang dinilai tidak membuahkan hasil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di lain sisi, seorang pedagang di pasar yang sama mengaku kebanjiran merek-merek baru minyak goreng kemasan, seperti Promoo, Gurih, Sovia, Fitri, Arwana, hingga Sabrina.

Namun demikian, minyak goreng kemasan baru tersebut memiliki harga yang sama dengan merek yang sudah lama ada. "Sama saja harganya enggak ada bedanya. Tapi emang mereka merek yang udah lama itu sedikit lebih mahal," kata Asnawi (37).

Ia pun mengatakan bahwa di tengah harga minyak goreng yang tak stabil seperti ini konsumen tidak memilih merek mana yang akan dibeli. Konsumen lebih memilih harga yang lebih murah ketimbang merek.

"Enggak ada (yang cari merek), kalau minyak mahal gini enggak cari merek mereka, kalau harganya normal bakal cari normal, sekarang mereka justru cari murahnya," ucapnya.

Asnawi bahkan mengaku ketika harga minyak goreng sedang mahal, ia tak berani menyimpan stok minyak goreng banyak karena takut tak akan laku.

Muchtar (57), seorang pedagang sembako di Pasar Jaya Lenteng Agung, Jakarta Selatan, juga mengaku kebanjiran produk minyak goreng kemasan baru.

"Promoo, Gurih, Segitiga Emas, Hemart itu merek baru. Mereka ada itu baru-baru ini sejak satu bulanan. Walaupun harganya baru barangnya tetap mahal, tadinya Rp17 ribu sekarang jadi Rp25 ribu per liter," katanya.

Senada, Muchtar mengatakan saat ini konsumen tidak memilih merek minyak goreng, melainkan mereka lebih memilih harga mana yang paling murah.

"Banyak yang beli itu (minyak goreng kemasan baru), abis nggak ada minyak lain jadi ya sudah beli saja. Sekarang mah nggak ada yang cari merek lama karena barangnya nggak ada juga, jadi yang ada saja. Nggak pilih yang mana yang penting harganya murah saja," jelasnya.

Hal serupa diakui seorang pedagang nasi goreng yang membeli seliter minyak goreng kemasan dengan harga Rp25 ribu.

"Ini buat dagang nasi goreng. Enggak ragu saya buat beli soalnya emang kebutuhan dan nggak ada merek lama, jadi beli yang murah saja sudah," kata Sigit (25).

Sebagai informasi, saat ini minyak goreng kemasan yang beredar di masyarakat jumlahnya sangat banyak, bahkan menyentuh 425 merek. Namun, hanya sebagian kecil di antaranya yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

BPOM mencatat setidaknya terdapat 12 merek minyak goreng kemasan yang terdaftar mulai dari Camar, MG Jaya, Goldie, Sarimurni, Cap Ekonomis, Forvita, Jujur, Masku, Sabrina, Fitri, Sovia, dan Harumas.

[Gambas:Video CNN]



(fry/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER