PT PLN (Persero) sempat mengalami defisit pasokan listrik selama 75 tahun. Hal ini tepatnya terjadi sebelum 2020.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan situasi perusahaan saat itu membuat PLN tak memiliki direktur niaga dan manajemen selama 75 tahun.
"Lama PLN 75 tahun tumbuh berkembang tapi tidak ada direktur niaga, penyebabnya apa? Karena PLN selama itu defisit," ungkap Darmawan dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Senin (28/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan menjual listrik secara masif menjadi beban bagi PLN ketika pasokan masih defisit. Jika perusahaan memaksa untuk berjualan secara masif, maka akan menjadi beban bagi PLN.
"Jadi jualan listrik itu beban, listrik dari mana. Kalau tambah jualan listrik, nanti justru padam. Makanya tidak ada direktur niaga," ucap Darmawan.
Lalu, pasokan listrik mulai surplus pada 2020 lalu. Dengan demikian, PLN mengangkat Bob Saril sebagai Direktur Niaga dan Manajemen dua tahun lalu.
"Tapi 2020 PLN oversupply, untuk itu dengan terpaksa ada direktur niaga," jelas Darmawan.
Lebih lanjut ia mengatakan PLN mampu mengurangi susut jaringan listrik atau electricity losses sejak 2017 hingga 2021. Rinciannya, 9,72 persen pada 2017, 9,51 persen pada 2018, 9,32 persen pada 2019, 9,15 persen pada 2020, dan 8,59 persen pada 2021.
"Durasi gangguan sebelumnya 1.000 menit per pelanggan, kami berhasil turunkan menjadi hanya 600 menit per pelanggan," tutur Darmawan.
Kemudian, PLN mencatat total penjualan listrik sebesar 243 terawatt jam (TWh) pada 2020. Angka itu naik dari target awal yang sebesar 238 TWh hingga 239 TWh.
Lalu, total penjualan listrik PLN naik menjadi 257 TWh pada 2021. Realisasi itu juga lebih tinggi dari target awal yang sebesar 249 TWh.
(aud/agt)