Jakarta, CNN Indonesia --
Setelah ibu-ibu mengantre minyak goreng beberapa waktu belakangan, kini giliran bapak-bapak harus mengantre solar subsidi di SPBU. Solar subsidi mendadak langka dan membuat antrean truk mengular di sejumlah SPBU di daerah, mulai dari Sumatera Utara, Palembang, hingga Jawa Timur.
Ketua Kesatuan Sopir Pemilik Kendaraan (Kesper) Sumut Israel Situmeang mengatakan kelangkaan solar sudah terjadi sejak sebulan terakhir. Sopir Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) masih kesulitan mendapatkan solar.
"Saat ini sulit mendapatkan solar. Bahkan antrean bus dan truk di SPBU panjang sekali. Kelangkaan terjadi di sepanjang Jalinsum sampai Labuhanbatu. Antriannya luar biasa itu. Itu keluhan mereka tukang supir, harusnya sampai tiga mereka sampai, tapi hari jadi lima hari," kata Israel, Selasa (5/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Israel, pengusaha angkutan berharap mendapatkan pemasukan tinggi saat Ramadan. Jika masalah kelangkaan solar tak teratasi, maka pendapatan mereka akan jeblok.
"Padahal saat Ramadan ini harusnya kami panen. Jangan sampai kelangkaan BBM terjadi sampai lebaran nanti. Kalau ini terus terjadi, kami akan aksi ke Pertamina karena itu kami harap ada keseriusan menangani masalah kelangkaan solar ini," jelas Israel.
Polda Sumut sebelumnya membentuk tim pengawasan distribusi solar. Hal ini menyusul kelangkaan solar yang terjadi beberapa hari terakhir.
"Saya telah membentuk tim untuk melakukan pengawasan di lapangan dan akan melakukan tindakan bagi setiap orang yang melakukan penyimpangan dengan membeli bahan bakar tidak sesuai aturannya," kata Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra Simanjuntak.
Panca mengatakan pelaku industri tak boleh membeli solar dengan harga subsidi. Dengan demikian, mereka harus membeli solar non subsidi yang khusus untuk industri.
"Pertamina akan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap solar dan kami minta juga di lapangan pembelian solar ini khususnya BBM yang disubsidi oleh negara itu tidak boleh disalahgunakan," ujar Panca.
Menurut Panca, mobilitas masyarakat cukup meningkat selama Ramadan. Oleh karena itu, ia meminta Pertamina mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan BBM jenis solar.
"Saya minta ini ke teman-teman Hiswana Migas untuk diingatkan ke operator di lapangan supaya tertib dan memenuhi kebutuhan tersebut," terang Panca.
Sementara, Pjs Area Manager Communication Relation & CSR Sumbagut Pertamina Patra Niaga Agustiawan membantah terjadi kelangkaan Solar di Sumut. Pasalnya, provinsi itu mendapatkan jatah kurang lebih 1,07 juta kiloliter pada 2022.
"Jadi kuota harian untuk Sumut itu 2.900 kiloliter. Kami menambah kuota harian 5-10 persen atau menjadi 3.200 kiloliter. Jadi sampai lebaran mencukupi. Tapi dengan kondisi seperti ini dipertahankan, saya nggak tahu apakah kuota ini masih mencukupi sampai Desember. Itu kuotanya bukan diambil dari tambahan pemerintah. Tapi diambil dari kuota hari berikutnya," papar Agustiawan.
Menurut dia, penggunaan Solar subsidi dibatasi sesuai Surat Edaran (SE) nomor 541/ 3268 tentang Pengendalian Pendistribusian BBM Tertentu Jenis Solar Bersubsidi di Sumut.
[Gambas:Video CNN]
Kelangkaan Solar juga terjadi di sejumlah SPBU Surabaya hingga Banyuwangi, Jatim. Kondisi ini berdampak pada distribusi logistik.
Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jatim Sundoro mengatakan banyak sopir truk yang tertahan di SPBU sejak Senin (4/4) lalu.
"Dari semalam Solar langka dan para sopir truk masih menunggu di pom bensin dari semalam," ucap Sundoro, Selasa (5/4).
Hal ini membuat truk tidak bisa beroperasi. Dengan demikian, pengiriman logistik terhambat.
"Otomatis kami juga tidak bisa bergerak, karena solarnya tidak ada. Kalau kami bergerak di tengah jalan terus berhenti bagaimana? Misalnya jalur agak panjang 300 km ke atas ini bahaya, terus berhenti sampai di tengah jalan," ucap dia.
Ia pun menyayangkan kondisi ini. Sebab, mayoritas barang yang harus diangkut adalah kebutuhan pokok masyarakat.
"Kalau pengangkutan logistik ini kan kepentingan orang banyak, sampai nggak jalan terus distribusi sayur dan buah atau komoditas lain yang bermasalah bagaimana?" katanya.
Oleh karena itu, ia meminta solusi yang konkret dari pemerintah agar distribusi logistik di Jatim tak terganggu. Terlebih, masyarakat sudah memasuki minggu pertama Ramadan.
"Bahkan ada di beberapa tempat tidak ada Solar sama sekali, yang non subsidi pun tidak ada," ujar Sundoro.
Antrean di Palembang Masih Padat
Sementara, berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com pada Selasa (5/4) di SPBU 24.301.147 Jl Letjen Harun Sohar terlihat antrean kendaraan yang hendak mengisi Solar cukup padat. Namun, antrean tak sampai mengular ke badan jalan seperti sebelumnya.
Andi, salah satu pengemudi truk mengatakan sempat melihat antrean kendaraan yang mau mengisi Solar sampai 200 meter ke arah Simpang Bandara-Tanjung Api-Api.
"Kalau di sini memang padat, tapi memang normalnya seperti ini. Kemarin itu sampai ke jalan, lumayan macet soalnya di sini banyak truk dan mobil besar lewat kan," ujar Andi.
Pemandangan berbeda terlihat di SPBU 24.301.108 KM 12 Jl SMB II Palembang. Terpantau, antren kendaraan yang ingin mengisi Solar cukup lengang.
Senior Supervisor Communication & Relation Pertamina Patra Niaga Regional Sumbangsel Haris Yanuanza mengatakan terdapat 27 SPBU di Palembang yang melayani pembelian BBM Solar.
Menurut Haris, pihaknya telah mendistribusikan Solar sebanyak 523 liter pada Selasa (5/4). Jumlah tersebut naik 12 persen dari rata-rata harian bulan lalu.
"Jumlah distribusi ini sudah mengatasi antrean yang kemarin sempat panjang," ucap Haris.
Ia mengimbau agar masyarakat tetap tenang karena stok Solar masih aman. Pertamina juga terus memantau distribusi agar tetap lancar di lapangan.
"Jika masyarakat menemukan indikasi penyalahgunaan bisa melaporkan ke aparat yang berwenang dan Pertamina Call Center di 135," jelas Haris.
Tak Ada Antrean di Makassar
Sejumlah SPBU Pertamina di Makassar terlihat lengang. Tak lagi terlihat kendaraan truk yang mengantre panjang untuk mengisi BBM Solar seperti beberapa hari lalu.
Dari pantauan CNNIndonesia.com pada Selasa (5/4), kondisi di empat SPBU yang berada di jalan Trans Sulawesi tampak sepi. Hanya satu atau dua kendaraan yang mengisi solar di empat SPBU yang berada di Jl Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Pegawai SPBU bernama Agus mengatakan truk tak lagi mengantre untuk mengisi solar karena pasokan sudah kembali terisi dari pihak Pertamina pusat.
"Sudah tidak ada lagi antrean kendaraan karena isi solar berbeda bulan lalu," ucap Agus.
Sementara, sopir angkutan antar provinsi Sumarlin mengaku tak perlu mengantre lagi untuk mendapatkan solar di SPBU Pertamina. Situasi ini berbanding terbalik dengan beberapa waktu lalu.
"Kalau bulan lalu sempat antre panjang saat mau mengisi solar. Tapi, kalau sekarang sudah tidak antre lagi," kata Sumarlin.
Kelangkaan solar sempat terjadi di Sulawesi Selatan pada pertengahan Maret 2022 lalu. Hal ini membuat antrean menumpuk di Makassar, Parepare, dan Bone.
Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dan Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat Pertamina Patra Niaga Eduward Adolof Kawi melakukan sidak di beberapa SPBU di sekitar Makassar dan Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (2/4) lalu.
Pada sidak tersebut, Direksi Pertamina Group memastikan bahwa pasokan BBM di Kota Makassar dan Kabupaten Maros dalam kondisi aman dan terpantau lancar di SPBU.
Selain itu, untuk mengantisipasi tingginya permintaan kebutuhan BBM di masyarakat, Pertamina Patra Niaga telah melakukan penambahan pasokan BBM dan LPG ke lembaga penyalur jelang Ramadan.
"Pertamina Patra Niaga menyiapkan build up stok sebesar 15 persen untuk BBM dan 10 persen untuk LPG, serta penambahan layanan tambahan jelang Idul Fitri dengan membentuk tim Satgas khusus sejak Maret 2022," jelas Emma.
[Gambas:Video CNN]