Faisal Basri soal Jokowi 3 Periode: Nanti yang Bagus jadi Jelek

CNN Indonesia
Kamis, 07 Apr 2022 15:10 WIB
Ekonom Faisal Basrii berharap Presiden Jokowi tidak menambah masa jabatannya. Ia khawatir warisan yang bagus menjadi jelek jika jabatannya ditambah.
Ekonom Faisal Basrii berharap Presiden Jokowi tidak benar-benar menambah masa jabatannya, mengingat tumpukan utang saat ini. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ekonom senior Faisal Basri menilai wacana perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai tiga periode hanya akan menyisakan warisan yang bagus menjadi jelek. Apalagi, masih ada tumpukan utang, ditambah isu kerusakan lingkungan bagi masyarakat Indonesia.

"Mudah-mudahan Pak Jokowi tidak tiga periode atau ditambah masa jabatannya. Karena semakin ditambah, yang bagus-bagus bisa jadi jelek dan akhirnya Pak Jokowi tidak menyisakan apa-apa kecuali kerusakan lingkungan dan utang yang menumpuk," ungkap Faisal di acara diskusi online bertajuk 'Harga Kian Mahal: Recovery Terganggu?', Kamis (7/4).

Menurutnya, masa jabatan Jokowi cukup dua periode saja. Toh, kebijakan yang dijalankan saat ini tidak cukup mampu untuk mengelola kondisi perekonomian Indonesia. Bahkan, dia menilai warisan keberhasilan Jokowi, yakni tingkat inflasi yang rendah dan penurunan tingkat kemiskinan terancam hilang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sisi inflasi, Faisal mengakui bahwa Jokowi sebenarnya sudah berhasil menjaga di tingkat yang rendah dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat, tingkat inflasi RI di posisi 2,72 persen pada 2019.

Sementara pada 2020 sebesar 1,68 persen dan 1,87 persen pada tahun berikutnya. Realisasinya pun selalu berada di bawah target pemerintah sebesar 3 persen.

"Legacy (warisan) Pak Jokowi saya rasa yang tidak boleh dilupakan adalah pertama kali dalam sejarah sejak merdeka, Pak Jokowi pertama kali menghadiahi rakyat Indonesia inflasi yang rendah dan inflasi rendah ini konsisten. Ini prestasi yang luar biasa, termasuk tidak ada lonjakan tinggi tatkala Ramadan," katanya.

Tapi, menurutnya, target ini rentan tak tercapai. Sebab, harga sejumlah komoditas pangan dan energi melonjak dalam beberapa bulan terakhir, sehingga inflasi akan meningkat. Karena itu, diperlukan kebijakan yang tepat dalam menstabilkan harga komoditas dan inflasi.

"Karena prestasi Pak Jokowi yang fenomenal ini terbatas, mungkin satu-satunya inflasi, maka jangan sampai di akhir jabatan, Pak Jokowi kehilangan legacy karena kita jadi tidak bisa menyebut dia pahlawan untuk amankan inflasi ini," tuturnya.

Sedangkan dari sisi tingkat kemiskinan, Faisal menyebut Jokowi juga cukup sukses dalam menjaga tingkat kemiskinan sehingga bisa berada di satu angka, yakni 9,71 persen per September 2021. Namun, bila inflasi tidak bisa dikendalikan bukan tidak mungkin tingkat kemiskinan justru akan naik dan kembali ke dua angka.

"Jadi akan ada legacy (warisan) yang hilang kalau inflasi tinggi jumlah orang miskin akan double digit lagi. Padahal, Pak Jokowi mau menghilangkan kemiskinan ekstrem," ungkapnya.

Dengan begitu, kemungkinan tidak ada warisan atau prestasi baik di akhir jabatan Jokowi. Sementara tumpukan utang terus menggunung. Data Kementerian Keuangan mencatat jumlah utang pemerintah senilai Rp7.014,58 triliun per akhir Februari 2022. 

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim utang RI boleh dibilang masih relatif rendah. Bahkan, tidak ada yang lebih rendah dari RI dibandingkan utang-utang negara anggota G20.

[Gambas:Video CNN]



(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER