Rusia Prediksi Ekonomi Minus Dua Digit Tahun Ini

CNN Indonesia
Selasa, 12 Apr 2022 16:06 WIB
Rusia merevisi pertumbuhan ekonomi amblas lebih dari 10 persen karena sanksi ekonomi Eropa dan AS. Diperkirakan, ekonominya minus dua digit tahun ini.
Rusia merevisi pertumbuhan ekonomi turun lebih dari 10 persen karena sanksi ekonoi dari Eropa dan AS. Ilustrasi. (Reuters/Gleb Garanich).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Ekonomi dan Keuangan Rusia merevisi pertumbuhan ekonomi turun lebih dari 10 persen pada 2022. Hal ini dilakukan setelah banyak negara, mulai dari Eropa hingga Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi ekonomi usai menginvasi Ukraina.

Mengutip Reuters, Selasa (12/4), ekonomi Rusia diperkirakan minus hingga dua digit tahun ini. Sebab, sanksi ekonomi yang diberikan oleh Eropa dan AS belum pernah terjadi sebelumnya.

Dengan demikian, sektor keuangan dan ekonomi Rusia terganggu. Beberapa perusahaan pun angkat kaki dari Rusia dalam sebulan terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Rusia juga tak mampu membayar utang obligasi menggunakan dolar AS. Negara itu memutuskan untuk membayar menggunakan mata uang rubel.

Keputusan itu membuat S&P Global Ratings memangkas peringkat utang valuta asing (valas) Rusia menjadi selective default (gagal bayar selektif).

Menurut S&P, potensi Rusia untuk tak membayar utang obligasi ke investor meningkat.

Maka dari itu, Rusia berpotensi menghadapi default eksternal (gagal bayar obligasi eksternal) pertama dalam lebih dari satu abad setelah membuat aturan untuk melakukan pembayaran obligasi internasional dengan mata uang rubel.

Meski begitu, S&P mengaku tetap menghormati dan memahami keputusan Rusia yang membayar kupon dan pokok atas obligasi berdenominasi dolar AS dalam bentuk mata uang rubel pada awal pekan ini.

"Saat ini kami tidak berharap bahwa investor akan dapat mengonversi pembayaran rubel tersebut menjadi dolar AS yang setara dengan jumlah yang seharusnya atau bahwa pemerintah akan mengubah pembayaran tersebut dalam masa tenggang 30 hari," ungkap S&P.

[Gambas:Video CNN]

(aud/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER