Italia tengah berburu gas bumi ke Afrika Tengah lantaran tak ingin bergantung pada pasokan Rusia. Saat ini, Rusia dijatuhi sanksi ekonomi oleh negara Barat akibat invasi ke Ukraina dan membuat pasokan gas terhambat.
"Kami tidak ingin bergantung pada gas Rusia lagi, karena ketergantungan ekonomi tak selayaknya menjadi subjek politik," kata Perdana Menteri Italia Mario Draghi seperti dikutip dari AFP, Rabu (19/4).
Kebijakan tersebut langsung disambut para menteri Italia dengan mengincar gas bumi dari dua negara yakni Republik Kongo dan Angola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diversifikasi gas bumi bisa dilakukan dan dapat diimplementasikan dalam waktu yang relatif singkat, bahkan lebih cepat dari yang kami bayangkan sebulan lalu," ucapnya.
Kepala Nomisma Energia Davide Tabarelli mengatakan pemerintah Italia memang dapat 'mengeksploitasi' hubungan baik antara perusahaan migas miliknya dengan Afrika untuk mendapat pasokan gas bumi baru.
Namun, gagasan untuk mengganti gas Rusia dalam jangka pendek tampaknya hanya akan menjadi fantasi belaka. "Ini akan memakan waktu setidaknya dua atau tiga tahun," katanya.
Gas bumi Italia memang saat ini didominasi oleh pasokan dari Rusia sebanyak 45 persen dari total kapasitas yang ada. Kemudian, Aljazair mengekor dengan memasok gas bumi sebesar 30 persen.
ENI, perusahaan minyak dan gas bumi Italia, telah bekerja sama dengan Sonatrach Aljazair untuk meningkatkan pengiriman gas melalui pipa bawah laut Transmed sebesar sembilan miliar meter kubik per tahun hingga 2024.
Italia diketahui merupakan salah satu konsumen energi terbesar di Eropa. Negara tersebut bahkan masih mengimpor 95 persen gas bumi yang digunakannya.
Pemerintah setempat berharap dapat mengurangi impor tersebut dan mempercepat investasi energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin dan surya.