Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.371 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Jumat (22/4). Mata uang Garuda melemah 27 poin atau 0,19 persen dibanding Rp14.344 per dolar AS pada Kamis (21/4).
Di kawasan Asia, hampir seluruh mata uang berada di zona merah bersama rupiah. Ringgit Malaysia melemah 0,38 persen, won Korea Selatan minus 0,33 persen, dan yen Jepang minus 0,23 persen.
Begitu juga dengan yuan China yang melemah 0,21 persen, baht Thailand minus 0,09 persen, dolar Singapura minus 0,08 persen, dan peso Filipina minus 0,07 persen. Hanya dolar Hong Kong yang stagnan dari dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi serupa juga terjadi di jajaran mata uang utama, di mana cuma rubel Rusia yang menguat 0,87 persen dan euro Eropa 0,05 persen dari dolar AS. Sementara sisanya berada di zona merah.
Dolar Australia melemah 0,16 persen, dolar Kanada minus 0,16 persen, franc Swiss minus 0,07 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,03 persen.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah kemungkinan melemah pada hari ini karena dolar AS menguat berkat rencana kenaikan tingkat suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Rencana kenaikan suku bunga acuan itu diungkapkan oleh Gubernur The Fed Jerome Powell semalam.
Rencana itu membuat tingkat imbal hasil (yield) surat utang AS, US Treasury bertenor 10 tahun ikut naik. Hal ini menambah kuat posisi dolar AS dari mata uang lain, termasuk rupiah.
"Akibat pernyataan itu, yield obligasi AS tenor 10 tahun kembali ke atas 2,95 persen," ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.340 sampai Rp14.380 per dolar AS dengan kecenderungan melemah pada hari ini.