Suara Warga soal Tarif Listrik 3.000 VA Akan Naik: Ekonomi Masih Sulit

CNN Indonesia
Jumat, 20 Mei 2022 20:24 WIB
Sejumlah warga kurang setuju jika tarif listrik pelanggan 3.000 VA akan dinaikkan karena kondisi ekonomi masih sulit akibat tertekan pandemi.
Sejumlah warga kurang setuju jika tarif listrik pelanggan 3.000 VA akan dinaikkan karena kondisi ekonomi masih sulit akibat tertekan pandemi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Masyarakat memberikan tanggapan beragam terhadap rencana pemerintah menaikkan tarif listrik untuk pengguna 3.000 VA ke atas. Beberapa masyarakat tak setuju dengan wacana tersebut.

Namun, ada juga yang tak keberatan jika kebijakan itu diterapkan. Rina misalnya.

Warga Semarang mengaku tak setuju dengan wacana tersebut. Pasalnya, kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih akibat pandemi covid-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau saya kurang setuju karena di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit seperti saat ini hampir 2 tahun dilanda pandemi covid-19 banyak masyarakat atau keluarga yang mengalami kehilangan pekerjaan, sehingga kondisi keuangan keluarga terganggu," ujar Rina kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/5).

Rina yang merupakan pelanggan 5.500 VA biasanya mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta per bulan untuk membayar listrik prabayar. Meski tak setuju dengan rencana kenaikan tarif listrik, ia mengaku harus siap dengan kebijakan tersebut karena aktivitas di rumah yang sangat bergantung dengan listrik.

Senada, seorang warga Bogor, Dewi, juga mengaku tak setuju dengan kenaikan tarif listrik. Kenaikan tarif listrik disebut akan menambah biaya operasional rumah tangga.

"Iya, keberatan karena biaya operasional rumah tangga pasti nambah kan," ujar Dewi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/5).

[Gambas:Video CNN]

Dewi merupakan pelanggan 4.400 VA biasanya menghabiskan sekitar 400 ribu untuk listrik prabayar. Ia menyebut penggunaan oven menjadi sumber pemborosan listrik terbesar.

Sementara itu, Zaki, warga Bandung, menjadikan wacana kenaikan tarif listrik sebagai momen untuk mawas diri agar lebih hemat dalam penggunaan listrik. Namun, ia meminta kenaikan tarif listrik juga diimbangi dengan konsistensi PT PLN (Persero) dalam menyediakan listrik di Indonesia.

"Masalahnya ada di konsistensi PLN karena kadang-kadang masih sering juga ada pemadaman (listrik) berkala. Sekiranya tarif harus naik, kita juga berhak expect something more juga," ujar Zaki kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/5).

Zaki mengaku enggan memberikan saran lebih lanjut terhadap pemerintah terkait kebijakan tarif listrik. Namun, ia menyoroti ketersediaan sumber listrik selain batu bara di Indonesia.

"Lebih ke arah 'ada enggak sih sumber listrik selain batu bara, yang bisa konsisten dan menyeluruh buat masyarakat?', sekiranya pemerintah masih mencari-cari jawaban buat itu, kayaknya saran buat tarif listrik ya legowo saja," ujar Zaki.

Henriko Husada asal Tangerang Selatan memiliki pandangan yang berbeda soal wacana kenaikan tarif listrik. Ia mengaku tak keberatan jika kebijakan itu diterapkan.

"Tidak keberatan karena percaya ini dampak kenaikan harga BBM dan untuk subsidi silang," ujar Henriko.

Henriko yang biasanya mengeluarkan sekitar Rp1,5 juta untuk biaya listrik mengaku siap saja jika pemerintah menaikkan tarif listrik.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan rencana kenaikan tarif listrik pelanggan 3.000 VA ke atas sebagai jalan keluar untuk berbagi beban di tengah kenaikan harga komoditas energi dunia.

Ia juga mengklaim rencana kenaikan tarif listrik bagi pelanggan 3.000 VA tidak diputuskan sepihak oleh pemerintah. Sebab, kenaikan selain sudah disetujui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah mendapat restu dari DPR.

(agt/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER