Komisaris Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWC) Kacung Marijan mengungkapkan fokus utama yang perlu jadi perhatian terkait Candi Borobudur adalah pembatasan jumlah pengunjung dibanding penetapan tarif tiket masuk.
Penetapan Rp750 ribu bagi wisatawan lokal yang naik ke Candi Borobudur disebut merupakan salah satu instrumen untuk membatasi jumlah pengunjung yang naik candi.
Pasalnya, jumlah pengunjung berlebih dapat membuat bangunan candi mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi yang paling utama adalah pembatasan jumlah yang naik supaya candi itu enggak rusak. Soal misalnya 1.200 orang itu mau naik (candi) dikenakan tarif atau tidak, itu masih sangat terbuka," ujar Kacung kepada CNNIndonesia.com, Kamis (9/6).
Ia mengungkapkan peluang penetapan tarif Rp750 ribu masih bisa dibatalkan. TWC dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) juga masih mendiskusikan terkait hal tersebut.
Pendapat dari masyarakat juga disebut menjadi bahan pertimbangan karena candi merupakan warisan milik bersama.
Penetapan tarif Candi Borobudur nantinya ditentukan oleh Pemerintah Pusat. TWC sebagai pelaksana akan mengikuti keputusan pemerintah.
Kacung mengungkapkan jumlah pengunjung yang berlebih dikhawatirkan dapat membuat bangunan candi mengalami penurunan dan pengikisan.
"Hasil kajian oleh balai pelestarian, para arkeolog, ini kalau terus menerus dinaiki volume yang tinggi maka candi itu bisa ambles, bisa turun," ujar Kacung.
Perawatan Candi Borobudur selama ini disebut berasal dari APBN. Untuk itu, Kacung mengatakan penetapan tiket masuk Rp750 ribu bukan masalah komersial.
"Kalau merawat saja relatif selesai sudah ada APBN, tetapi kalau rusak itu biayanya besar sekali dan kedua nilainya. Itu kan sesuatu yang lebih dari uang" ujarnya.