KAI Proyeksi Kereta Cepat JKT-BDG Maksimal Bengkak Jadi Rp28,12 T
PT KAI (Persero) memproyeksi biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung maksimum bengkak (cost overrun) menjadi US$1,9 miliar atau Rp28,12 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS).
"(Biaya kereta cepat Jakarta-Bandung) maksimum (bengkak) US$1,9 miliar," ungkap Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo di Hotel Borobudur, Kamis (23/6).
Namun, KAI masih menunggu audit dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk mengetahui berapa pastinya pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Lihat Juga : |
"Kami ingin kajian BPKP, itu belum final karena masih ada beberapa hal kemungkinan terjadi," ujar Didiek.
Ia menjelaskan pembengkakan biaya itu akan ditanggung oleh oleh konsorsium 4 BUMN yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bengkak menjadi US$2,6 miliar atau Rp38,48 triliun pada 2019-2022.
Namun, biaya itu berhasil ditekan hingga US$1,67 miliar atau setara Rp24,79 triliun.
"Pada saat kami diminta untuk mengusulkan pada November 2021, kami bisa tekan sampai US$1,67 miliar," ujar Dwiyana.
Namun, KCIC memproyeksi pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bertambah Rp2,3 triliun. Hal ini berasal dari pajak dan pengadaan lahan.
"Ada kebijakan di mana PPN berubah dari 10 persen menjadi 11 persen. Ada beberapa penambahan PPN juga pajak untuk biaya yang lain," jelas Dwiyana.