Rusia membantah telah gagal bayar utang untuk pertama kalinya sejak Revolusi Bolshevik yang terjadi pada lebih dari satu abad yang lalu.
Sebelumnya, Negeri Beruang Merah disebut telah gagal bayar bunga utang sebesar US$100 juta; satu dalam mata uang dolar AS RU000A0JWHA4 dan satu lagi dalam euro RU234748670.
Pembayaran bunga utang sebenarnya jatuh tempo pada 27 Mei. Tapi, ada masa tenggang pembayaran selama 30 hari dari masa jatuh tempo yang berakhir pada Minggu (26/6) lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Rusia membantah karena mereka telah melakukan pembayaran dalam dolar AS dan euro ke Euroclear pada 27 Mei.
Euroclear sendiri merupakan sebuah institusi sebagai penyedia jasa keuangan yang fokus pada aktivitas clearing dan settlement pasar uang dan pasar modal. Bank kemudian akan mendistribusikannya ke investor.
Sayangnya, uang tersebut tertahan di Euroclear sehingga tidak mengalir ke investor. "Tuduhan default tidak benar karena pembayaran mata uang yang diperlukan dilakukan pada Mei," imbuh Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip dari CNN Business, Selasa (28/6).
Peskov mengatakan fakta bahwa uang yang ditransfer ke Euroclear tidak dikirimkan ke investor bukan lah masalah Rusia lagi. "Jadi, tidak ada alasan untuk menyebutnya default," ungkapnya.
Euroclear tidak menyebut apakah pembayaran telah diblokir. Namun, mereka mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat menyelesaikan sekuritas apapun dengan negara yang dijatuhi sanksi.
Sejak 2014, terakhir kali Barat memberikan sanksi kepada Rusia atas pencaplokannya atas Krimea, Kremlin telah membangun sekitar US$640 miliar cadangan devisa.
Sekitar setengah dari dana tersebut sekarang dibekukan di bawah sanksi Barat yang diberlakukan setelah invasi ke Ukraina.
Uni Eropa (UE) juga mempersulit Rusia untuk memenuhi kewajiban utangnya awal bulan ini dengan memberikan sanksi kepada agen negara untuk obligasi mata uang asingnya, yakni National Settlement Depository Rusia.
Lihat Juga : |
Namun, sanksi-sanksi tersebut sebagian besar gagal melumpuhkan ekonomi Negeri Beruang Merah karena lonjakan harga energi menjadi penopang ekonomi negara itu.
Di sisi lain, rubel Rusia telah melonjak ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir terhadap dolar AS.
Sebelumnya, Rusia berhasil membayar kembali utang kepada kreditur dengan dolar pada April lalu setelah terancam default.
Saat itu, Kementerian Keuangan Rusia mengatakan telah menghasilkan US$565 juta eurobond yang jatuh tempo tahun ini, serta US$84 juta eurobond yang akan jatuh tempo pada 2024. Kedua pembayaran dilakukan dalam dolar AS.