BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2022 Jadi 2,5 Persen
Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi global hanya mampu tumbuh 2,5 persen di 2022. Angka ini jauh di bawah perkiraan awal sebesar 3,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan revisi dilakukan setelah lembaganya melihat risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global yang makin tinggi.
"Pertumbuhan ekonomi global pada 2022 diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 3,5 persen menjadi sebesar 2,5 persen," ujar Perry saat konferensi pers virtual, Kamis (21/7).
Menurutnya, risiko stagflasi makin tinggi disebabkan oleh tekanan inflasi global yang terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas. Penyebabnya karena gangguan rantai pasokan sejalan dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang terus berlangsung serta meluasnya kebijakan proteksionisme sejumlah negara.
Karena masalah itu, berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) bahkan mengalami lonjakan inflasi. Inflasi AS tercatat sebesar 9,1 persen di Juni 2022, tertinggi dalam 41 tahun terakhir.
Peningkatan inflasi ini akan direspons dengan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh The Fed. Pelaku pasar bahkan memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin pada Federal Open Market Committee (FOMC) meeting di bulan ini.
Langkah bank sentral AS ini tentu akan menahan pemulihan ekonomi dan meningkatkan risiko stagflasi di dunia.
"Pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti AS, Eropa, Jepang, Tiongkok, dan India, diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang disertai dengan peningkatan kekhawatiran resesi di AS," kata dia.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, ketidakpastian pasar keuangan global akan tetap tinggi dan mengakibatkan terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai tukar di negara-negara berkembang.
"Tekanan ini termasuk ke Indonesia," jelas Perry.
(ldy/ldy/agt)