'Wabah Lonjakan Inflasi', Australia Tertular ke 6,1 persen

Australia mencatat inflasi sebesar 6,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) per Juni 2022 atau tertinggi dalam 21 tahun terakhir atau sejak 2001 lalu.

Mengutip Reuters, Biro Statistik Australia mengatakan inflasi tahunan Australia naik dari posisi Mei 2022 yang sebesar 5,1 persen.

Inflasi Australia juga naik menjadi 1,8 persen jika dilihat secara bulanan (month to month/mtm) per Juni 2022. Angka itu di bawah perkiraan pasar yang sebesar 1,9 persen.

Sementara, inflasi inti naik 1,5 persen pada Juni 2022. Hal itu berpotensi membuat Bank of Australia mengerek suku bunga acuan 1,35 persen atau 50 basis poin dalam rapat 2 Agustus 2022 mendatang.

Bank sentral Australia telah menaikkan suku bunga acuan hingga tiga kali. Langkah itu merupakan pengetatan paling agresif dalam beberapa dekade.

Tak hanya Australia, inflasi di sejumlah negara melonjak beberapa bulan terakhir. Perang Rusia-Ukraina membuat harga bahan pangan sampai energi melonjak.

Kegiatan ekspor dan impor antar negara ikut tersendat karena perang Rusia dengan Ukraina. Alhasil, pasokan barang menipis, sedangkan permintaan terus meningkat.

Hal itu membuat harga barang melonjak. Tak ayal, inflasi di sejumlah negara meningkat drastis.

Amerika Serikat (AS) misalnya, inflasi negara itu tembus 9,1 persen pada Juni 2022 atau menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Kemudian, inflasi Singapura melonjak menjadi 6,7 persen secara tahunan pada Juni 2022. Angka ini merupakan level tertinggi dalam 14 tahun terakhir atau sejak September 2008.

Lalu, inflasi Malaysia menyentuh 3,4 persen pada Juni 2022. Realisasi ini lebih tinggi dari proyeksi ekonom yang hanya 3,1 persen.

Begitu juga dengan Indonesia yang mencatatkan inflasi tahunan 4,35 persen pada Juni 2022. Angka itu menjadi yang tertinggi sejak 2017 lalu.

[Gambas:Video CNN]